SUKABUMIUPDATE.com - Seni tradisional kuda lumping dari sanggar seni Fajar Muda Kampung Waluran Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap tampil mewarnai syukuran Hari Nelayan Ujunggenteng ke-53, di spot wisata Bagalbatre Ujunggenteng, Desa Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA: Syukuran Nelayan Ujunggenteng Ke-53, Ini Deretan Acaranya
Sanggar Seni Fajar Muda berdiri resmi berdiri pada tahun 1974 dengan Surat Keputusan (SK) Dinas P&K, dibawah pimpinan Lamijan (60 tahun) dengan anggota sanggar sebanyak 40 orang yang terdiri dari penari, pemain gamelan dan pawang. Adapun berbagai kreasi tari dipertunjukkan ada Tari Cepet, Bendrong dan Tari Baladewa.
"Kami sengaja mengundang sanggar seni tradisional Kudu Lumping, tentunya untuk memperlihatkan kesenian tersebut masih lestari di Kecamatan Ciracap," kata panitia syukuran Hari Nelayan Ujunggenteng Asep Jeka, kepada sukabumiupdate.com, Rabu (1/5/2019).
Asep Jeka mengatakan, banyak sekali sangar seni tradisional kuda lumping yang berada di wilayah Kecamatan Ciracap dan kami memberi ruang serta waktu untuk tampil kepada mereka.
"Seni tradisional yang perlu kita pelihara dan dilestarikan dengan memberikan kesempatan tampil disetiap event," pungkasnya.
BACA JUGA: Makna Dibalik Icon Baru Pantai Ujung Genteng yang Penuh Warna
Sementara itu, pimpinan Sanggar Seni Fajar Muda Lamijan mengungkapkan, mengembangan seni Kuda Lumping di Ciracap karena kecintaanya kepada seni. Lamijan awalnya merupakan warga Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Jawa tengah. Dia berada di Ciracap pada tahun 1972 berawal dari niatnya mencari orang tuanya yang bekerja perkebunan karet dan sawit Boroneo yang merupakan Kampung Jaringao.
Lamijan pun ikut bekerja di perkebunan tersebut bersama orang tuanya. Sambil bekerja di perkebunan tersebut, Lamijan yang memiliki keturunan darah seniman ini tak pernah lupa dengan kuda lumping hingga membuka sanggar seni Fajar Muda.