SUKABUMIUPDATE.com - Satu demi satu figur dimunculkan jelang Pilkada Kabupaten Sukabumi 2020. Mulai dari figur petahana, birokrat, sampai politikus ulung. Figur tersebut bahkan seringkali tiba-tiba muncul di linimasa situs jejaring sosial seperti Facebook, sampai jadi perbincangan hangat di beberapa grup Facebook.
BACA JUGA: Para Tokoh Bahas Konten Khusus Pilkada 2020 untuk Sukabumiupdate.com
Menyikapi fenomena tersebut, pengamat politik Sukabumi, Asep Deni menilai ada enam poin penting yang mesti diperhatikan dalam mencari sosok atau figur yang dianggap mampu berkompetisi secara sehat di Pilkada Kabupaten Sukabumi 2020, hingga menghasilkan pemimpin yang berkualitas melalui pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
"Yang pertama adalah figur yang memahami tentang Sukabumi tentunya. Jadi mereka punya pengetahuan tentang Sukabumi dan tahu tentang permasalahan di Sukabumi. Yang seperti itu banyak," kata Asep Deni kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (29/6/2019).
BACA JUGA: Namanya Disebut Dalam Bursa Pilkada 2020, Iyos: No Komen!
Poin kedua, lanjut Asep Deni, adalah figur yang punya keberanian untuk mencalonkan dan dicalonkan. Menurutnya, sudah pasti ada banyak figur yang punya gagasan, kemampuan, kompetensi, wawasan, dan bahkan punya rasa kebanggaan terhadap Sukabumi. Tapi karena tidak berani untuk mencalonkan dan dicalonkan, maka figur tersebut tidak jadi apa-apa.
"Yang ketiga, figur itu harus populer atau dipopulerkan. Karena sekarang kan ada figur yang sudah populer, ada juga yang harus dipopulerkan," lanjutnya.
BACA JUGA: Jejak Politik Pilkada 2020, PAN, PKB, PPP Gerindra Kembali Bertemu, Kali Ini Ada PKS
Masih kata Asep Deni, poin keempat adalah figur yang memiliki tingkat keterpilihan atau elektabilitas. Pasalnya, figur yang sudah populer atau dipopulerkan, belum tentu memiliki tingkat keterpilihan.
"Mau tingkat keterpilihannya tinggi, sedang, atau rendah itu urusan lain. Karena yang punya popularitas belum tentu punya elektabilitas," imbuhnya.
BACA JUGA: Namanya Mulai Dikaitkan di Pilbup 2020, Begini Reaksi Adjo
Poin kelima, kata Asep Deni lagi, walaupun punya popularitas dan elektabilitas, figur tersebut mesti didorong lewat partai politik, atau bisa pula melalui jalur independen. Dengan catatan, harus menempuh aturan dan mekanisme yang ada di partai politik maupun aturan Undang-undang.
"Dan poin keenam, terakhir, figur tersebut biar bagaimanapun harus punya capital atau modal. Yang jelas pasti akan ada banyak kejutan. Di setiap Pilkada memang selalu ada banyak kejutan," tandasnya.