SUKABUMIUPDATE.com - Warga Kampung Leuwidinding, Desa Tanjungsari, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi memiliki 17 titik mata air sebelum adanya aktivitas tambang PT Tambang Semen Sukabumi (TSS) ada. Mata air yang cukup banyak ini dapat mencukupi kebutuhan untuk mencuci baju, mandi hingga minum.
Setelah adanya tambang PT TSS ini hanya tersisa empat mata air saja. Mata air yang ada saat ini begitu penting apalagi saat musim kemarau.
BACA JUGA: Pemulihan, Pengakuan Warga Leuwidinding Sukabumi Dirawat Akibat Blasting Tambang Semen
Ketua RW 01 Saepuloh (53 tahun) mengatakan, perusahaan tambang memberikan bantuan berupa sumur bor kepada warga masyarakat. Hingga saat ini baru ada tiga sumur bor, namun itu pun belum mencukupi untuk kebutuhan warga setempat.
"Jadi kami beranggapan sumur bor dari perusahaan bukan bantuan tapi rasa tanggugjawab sebagai penganti titik-titik mata air yang hilang dan kini tersisa empat,” kata Saepuloh.
BACA JUGA: Asal Muasal Blasting yang Diprotes FWTB di Gunung Guha Jampang Tengah
Sumur bor yang dibuat pihak perusahaan tambang pun tak jadi begitu saja. Sebab warga harus menyampaikan pengajuan dan memakan waktu yang lama.
"Kami mengajukan sumur bor itu pun sampai satu setengah tahun. Itu rill (nyata), sebab kami dan rengrengan kami yang membuat proposalnya itu," tegas Saepuloh.
BACA JUGA: DLH Kabupaten Sukabumi Tegaskan Izin Blasting PT TSS Harus Dikaji Ulang
Kini sumur bor yang ada digunakan oleh warga dari RT 01 dan 02 serta 05. "Dirasa belum mencukupi kebutuhan, dari jumlah 8 RT di Kampung Leuwidingding ini," jelasnya.