SUKABUMIUPDATE.com - Pasca bencana tsunami yang merenggut ratusan nyawa di Selat Sunda, sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) menjadi salah satu sorotan. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah yang dipasangi EWS. Namun sayangnya, beberapa alat EWS di Kabupaten Sukabumi tidak berfungsi dengan baik.
Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mencatat ada 12 EWS yang dipasang di beberapa titik sepanjang pantai selatan Kabupaten Sukabumi. Masing-masing alat EWS dipasang di wilayah Kecamatan Tegalbuleud, Ujunggenteng, Palabuhanratu, dan Cisolok. Namun yang kondisinya masih sepenuhnya baik hanya di Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok saja. Sementara di Kecamatan Tegalbuleud yang berfungsi hanya tiga alat. Kemudian di wilayah Kecamatan Ujunggenteng dua alat dalam kondisi rusak.
Selain EWS, peringatan dini tsunami juga dilakukan dengan perangkat Buoy. Namun, BPBD tidak mengetahui kondisi Buoy di perairan Kabupaten Sukabumi, lantaran Buoy dikelola langsung oleh BMKG.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Sukabumi, Marwan Hamami membenarkan, ada beberapa alat pendeteksi bencana tsunami yang dipasang di Pantai Selatan Sukabumi tidak dapat dimonitor dengan baik. Beberapa alat bisa mendapat peremajaan, namun yang lainnya kemungkinan besar mesti diganti lantaran sudah benar-benar rusak.
"Untuk alat, memang sedang dalam rangka peremajaan. Karena alat yang terpasang alat yang sudah lama. Tahun 2007 kalau tidak salah terpasang. Juga alat ini kena aus dan beberapa peralatannya sudah tidak berfungsi. Pada posisi yang sekarang, alat itu yang sedang kita evaluasi yang ada di Cisolok. Yang sebagian lagi karena tidak termonitor dengan baik, tidak terpelihara, ini harus diganti," kata Marwan dalam konferensi pers, Senin (24/12/2018) di Pendopo Sukabumi.
BACA JUGA: Pasca Tsunami, Warga Tegalbuleud Sukabumi Hilang Kontak dengan Keluarga di Banten
Untuk beberapa nelayan yang rutin melaut, Marwan menyebut, pemerintah sudah membekalinya dengan peralatan dan perlengkapan khusus, seperti pelampung, alat penerangan, sepatu boot, serta alat penyelamatan lainnya dalam satu paket. Itu untuk penyelamatan diri manakala terjadi bencana. Selain itu, Marwan mengaku sudah melakukan simulasi bencana beberapa waktu lalu di Tegalbuleud. Hal itu dilakukan agar petugas dan masyarakat bisa benar-benar tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana alam.
"Yang pesisir pantai jelas sudah kita sosialisasikan soal keamanan. Mereka lebih paham sebetulnya orang-orang di pesisir ini. Kalau alat deteksi tsunami kita terakhir bersama-sama dengan Kostrad, dengan Pangdivif I Kostrad, waktu itu pak Mayjen TNI Agus, sudah melakukan rechecking dan sudah melakukan simulasi-simulasi bencana di Tegalbuleud, termasuk simulasi tsunami. Ini program rutin di BPBD," pungkas Marwan.