SUKABUMIUPDATE.com - Budi Sunardi (46 tahun) masih terkapar lemas saat ditemui sukabumiupdate.com di rumahnya, di Kampung Babakansari RT 5 RW 4, Desa Parakansalak, Senin (17/12/2018). Kepala Desa Parakansalak ini sempat mengalami hilang kontak sekitar 12 jam di Gunung Salak, bersama dua orang warganya.
Peristiwa itu bermula setelah Budi menerima laporan soal air keruh dari dua warganya yakni Andri (35 tahun) dan Deden (31 tahun), Minggu (16/12/2018). Mereka kemudian berangkat mengecek sumber air yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Salak (TNGHS).
"Cerita ke saya, sebenarnya dari pukul 15.00 WIB juga udah perjalanan pulang. Tapi gak nyampe-nyampe," kata Rani Aprianti (38 tahun), istri Budi Sunardi.
Budi bersama dua warganya memilih jalan pulang yang berbeda dibandingkan saat berangkat. Mereka memilih untuk menyusuri sungai, karena medannya tidak terlalu terjal.
"Karena posisi bapak (Budi) itu kan lagi puasa. Takut enggak kuat kalau balik lagi ke jalur pas berangkat, jadinya ngikutin alur sungai," tutur Rani.
Kepada istrinya, Budi menceritakan pengalaman tak biasa saat menyusuri sungai. Ketiganya tersadar, hanya mengelilingi (muter-muter) di lokasi yang sama.
"Jadi muter muter di situ-situ saja. Itu sampe pukul 22.00 WIB. Sampe akhirnya mereka beristirahat karena kelelahan," imbuh Rani.
BACA JUGA: Kades Hilang Kontak di Parakansalak Sukabumi Alami Dehidrasi
Selama tersesat di hutan Gunung Salak pada malam hari, Budi banyak merasakan kejanggalan. Budi dan dua warganya mendengar samar-samar suara dangdutan dari atas gunung.
"Seperti suara dangdutan. Saya juga tanya beberapa kali, katanya ada suara dangdutan dari atas gunung," tambahnya.
Setelah berjam-jam tersesat, mereka memilih beristirahat. Ketiganya ditemukan sekitar pukul 01.30 WIB. Lebih dari 12 jam dari terakhir kontak.
"Ketemu di Blok Ciseupan. Sudah ada kabar ke saya, cuma waktu itu kondisinya sudah enggak lemas namun masih bisa jalan pelan-pelan," imbuhnya.