SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah warga bersama santri memblokir akses jalan menuju kawasan peternakan PT Suja di Kampung Cigeblug, Desa Gegerbitung, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, Sabtu 1 September. Aksi pemblokiran dilatarbelakangi permasalahan antara Yayasan Ikhwanul Muslimin sebagai pemilik tanah, dengan pihak peternakan.
Warga membongkar bagian tengah jalan yang sudah diaspal itu. Kemudian mengecor beberapa potong besi menggunakan adukan semen. Hal ini membuat kendaraan operasional dari peternakan tidak bisa melintas.
"Kami menginginkan pihak perusahaan berlaku adil dan memenuhi tuntutan kami," ujar Wawan Alawi, pengurus Yayasan Ikhwanul Muslimin kepada sukabumiupdate.com.
BACA JUGA: Ganggu Masuk Keluar Gang, Warga Keluhkan Proyek Drainase Jalan KH A Sanusi Kota Sukabumi
Wawan menjelaskan latarbelakang permasalahan yang berujung pemblokiran jalan. Tanah dengan luas sekitar 500 meter persegi yang digunakan sebagai akses jalan peternakan, masih hak milik yayasan.
Penggunaan tanah hak milik perusahaan oleh pihak perusahaan tersebut sudah dilakukan sejak 1993. Padahal pihak perusahaan tidak pernah melakukan pembayaran.
"Sebenarnya masalah itu bukan dengan PT Suja, tetapi dengan PT Selabintana sebagai pihak yang menyewakan lahannya ke PT Suja," kata Wawan.
BACA JUGA: Puing Tanah Pembongkaran Trotoar Numpuk, Jalan Surya Kencana Sukabumi Tambah Macet
Mediasi sudah diupayakan beberapa kali. Pihak yayasan pun meminta itikad baik pihak perusahaan untuk melakukan pembayaran.
Namun bukannya dilunasi, pihak perusahaan malah mengklaim bahwa pembayaran sudah dilakukan. Pihak yayasan tidak menerima, karena bukti pembayaran yang ditunjukan sifatnya meragukan.
"Kata pihak perusahaan, waktu itu dilunasi ke almarhum kakek saat masih mengurus yayasan. Tapi bukti dokumen jual-belinya hanya fotocopy kwitansi. Tidak ada saksinya, dan yang buat kami ragu nilai jual yang tertera di kwitansi pun tak masuk akal," tutur Wawan.
BACA JUGA: Butuh Trotoar, Pelajar Cibadak Sukabumi Minta Pemerintah Perhatikan Hak Pejalan Kaki
Selain itu, pihak yayasan juga geram dengan sikap pengelola peternakan. Kontribusi terhadap masyarakat sekitar dinilai minim, bahkan untuk sekadar partisipasi kegiatan-kegiatan warga.
Padahal aktivitas kendaraan berat setiap harinya dinilai cukup menggangu. Kendaraan tonase tinggi dari pihak perusahaan membuat jalan umu sering rusak. Juga membuat jalanan berdebu.