SUKABUMIUPDATE.com - Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cikundul, Kota Sukabumi kian menyorot perhatian. Persoalan utama adalah minimnya lahan, sementara sampah yang didominasi sampah rumah tangga setiap hari makin bertambah. TPA Cikundul pun hanya mampu menampung sampah 1,5 tahun lagi.
Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi, Yelly Yumaeli membenarkan, persoalan utama yang ada di Kota Sukabumi hari ini adalah sampah. Terlebih, lahan tersisa di TPA Cikundul hanya tersisa kurang lebih 1,5 hektare. Sementara timbunan sampah semakin hari semakin menumpuk seiring dengan bertambahnya penduduk.
BACA JUGA: September, Pasar Digital Bakal Dibangun di Pemandian Air Panas Cikundul Sukabumi
"Kalau misalnya masyarakat tidak melakukan upaya pengurangan sampah dari sumbernya, semua sampah akan masuk ke TPA. Sampah dari rumah, kantor dan sekolah. Itu yang menjadikan umur TPA semakin berkurang," kata Yelly saat menghadiri uji publik Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMD Kota Sukabumi, Senin (27/8/2018).
Solusi sementara, masih kata Yelly, diberikan sosialisasi kepada masyarakat, sekolah-sekolah, maupun kantor untuk mulai mengurangi sampah sejak dari sumbernya. Selain itu, DLH mengaku sudah memperbanyak lubang biopori, mengelola Bank Sampah, hingga membangun Tempat Pengolahan Sampah (TPS) dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle (3R).
"Soal rencana pembangunan lahan TPS baru, kita berharap ada kerja sama dari Kabupaten Sukabumi. Kajian belum bisa dilaksanakan. Karena kan yang melaksanakan kajiannya provinsi. Dan saat ini provinsi belum bisa melaksanakan kajian tersebut karena gagal lelang. Sehingga kami berharap ada perluasan lahan di sekitar TPA Cikundul saat ini," lanjutnya.
BACA JUGA: Wisatawan Pemandian Air Panas Cikundul Kota Sukabumi Naik 30 Persen
Upaya yang paling penting, sambung Yelly, perlu adanya perubahan pola perilaku di masyarakat untuk lebih sadar lingkungan. Bisa dengan tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi kebiasaan menggunakan kantong plastik saat berbelanja, perilaku lainnya yang bisa mengurangi produksi sampah.
"Pemerintah daerah sudah menyebarkan surat edaran kepada para kepala OPD untuk tidak menyediakan makanan dan minuman dalam kemasan plastik. Bawa botol minum minuman dari rumah masing-masing. DLH sendiri sudah melaksanakan. Menghilangkan 100 persen memang sulit, tapi setidaknya bisa mengurangi," pungkasnya.