SUKABUMIUPDATE.com - Puluhan pelajar asal Kampung Pasirkopo, Desa Wangunreja, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi harus bertaruh nyawa setiap kali berangkat sekolah. Mereka harus menyeberangi Sungai Citalahab yang cukup lebar.
Sungai Citalahab ini berada di perbatasan antara Desa Wangunreja dengan Desa Sukamaju, Kecamatan Nyalindung. Para siswa tidak punya pilihan lain, tak ada jembatan di lokasi itu.
Kondisi ini cukup disayangkan Komite Yayasan Lingkungan Hidup, Jujun Junaedi. Yayasan tersebut merupakan pengelola Madrasah Ibtidaiyah hingga Aliyah, tempat para pelajar di desa sekitar menuntut ilmu.
Jujun menjelaskan, tidak sedikit muridnya yang berasal dari Desa Wangunreja. Mereka harus basah-basahan setiap kali berangkat sekolah.
"Kalau musim hujan saya juga sering khawatir. Airnya deras, kedalamannya bisa mencapai lima meter," tutur Jujun ditemui sukabumiupdate.com, Senin (30/7/2018).
Tak jarang pihak yayasan memberi keringanan bagi para siswa yang berasal dari Desa Wangunreja, khususnya Kampung Pasirkopo. Siswa sering diliburkan jika sudah musim hujan.
BACA JUGA: Hadapi Kekeringan, BPBD Kabupaten Sukabumi Siagakan Lima Mobil Tangki
"Kami juga enggak mau ambil risiko. Harus diliburkan, khusus untuk siswa yang berasal dari sana (Kampung Pasirkopo)," tutur Jujun.
Kepala Desa Wangunreja, Ali Nurdin menambahkan, Kampung Pasir Kopo adalah wilayah yang letaknya cukup jauh dari kantor desa. Banyak warganya yang beraktifitas di Desa Sukamaju. Seperti bersekolah, bertani, ataupun lainnya.
“Orang tua murid meminta agar sekolah diliburkan jika musim hujan, khawatir air sungai naik, “ kata Ali pada sukabumiupdate.com.
BACA JUGA: Kisah Suprihatin, Anak Yatim Piatu di Sagaranten Sukabumi yang Hidup Prihatin
Untuk membangun jembatan, lanjut Ali, pihak Pemerintah Desa Wangunreja menghadapi kesulitan dana. Ia berharap pembangunan jembatan menggunakan dana lintas sektoral atau dana pihak ketiga dengan mengajukan ke Pemkab Sukabumi. “Kami kesulitan dana, dan mengharap dari dana lintas sektorial atau dana pihak ketiga, “harapnya.
Adapun Jembatan pernah dibangun sebanyak tiga kali dari bahan bambu, namun pada saat air sungai meluap, jembatan tersebut hanyut terbawa air. “Sudah tiga kali bangun jembatan bambu, tapi hanyut terbawa air, “paparnya.