SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah Pandemi Covid-19 atau Virus Corona, petani di Pajampangan Kabupaten Sukabumi, mengeluhkan hasil panen perdananya yang menurun. Hal itu diduga akibat terdampak penyakit blast atau blas (Penyakit yang disebabkan oleh infeksi atau serangan jamur Pyricularia Grisea).
Petani warga Kampung Cibungur RT 03/04 Desa Mekarmukti, Kecamatan Waluran, Dedi Darussalam, mengaku produksi panen padi perdana menurun hingga 30 persen. Termasuk harga gabah kering dan basah pun dari petani ikut mengalami penurunan harga.
BACA JUGA: Pergeseran Anggaran Tak Pengaruhi Target Panen Distan Kabupaten Sukabumi
"Harga gabah kering dari petani saat ini mencapai Rp. 4.300 perkilogram, sedangkan harga gabah basah Rp. 3.700 perkilogram. Padahal sebelumnya Senin (13/4/2020), harga masih Rp. 4.800 hingga Rp. 5.000 perkilogram," ungkap Dedi kepada sukabumiupdate.com, Selasa (14/4/2020).
Senada dengan Dedi, Ferry UB warga Cimanggu mengatakan, di Kecamatan Cimanggu panen perdana sudah sejak seminggu yang lalu dan banyak yang mengeluh karena dampak penyakit blast. "Adapun harga gabah kering disini mencapai Rp. 5.000 dan gabah basah Rp. 3.500," singkatnya.
BACA JUGA: Kejar Stok Pangan Ditengah Situasi Corona, Distan Sukabumi Target 814 Ribu Ton Panen Padi
Sementara itu, Kepala UPTD Pertanian Wilayah VI Jampang Kulon,Yaya Kuswaya, mengatakan harga saat ini masih stabil dan normal. "Harga Pokok Penjualan (HPP) pemerintah Gabah Kering Panen (GKP) Rp. 4.200, dengan kadar air 25 - 27 persen. Gabah Kering Giling (GKG) Rp. 5.250 dengan kadar air 15 persen," terangnya.
Sementara itu harga di petani GKP Rp. 3.700 sampai Rp. 4.200 perkilogram, sedangkan harga GKG Rp. 4.700 sampai Rp. 5.250 perkilogram tergantung kadar air dan kualitas gabah.
"Luas panen baru mencapai 10-15 persen, dari luas tanam keseluruhan 21.000 hektar, memang hampir di setiap kecamatan adanya penyakit blas. Terutama di Kecamatan Tegalbuleud, akan tetapi masih bisa dikendalikan," pungkasnya.