SUKABUMIUPDATE.com - Dampak musim kemarau panjang yang melanda wilayah Pajampangan, produksi gula merah kelapa di Kampung Cigaok Cekdam, Desa Tamanjaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi menurun drastis. Seperti diketahui, gula merah kelapa berasal dari air nira pohon kelapa.
BACA JUGA: Lima Hari Perkebunan Sawit di Tamanjaya Terbakar, Ancam Produksi Gula Kelapa
"Selama kemarau, kurang lebih empat bulan, produksi gula kelapa menurun," ujar Husen (37 tahun), salah seorang petani gula merah kelapa asal Kampung Citeler RT 01/06 Desa Tamanjaya, Kecamatan Ciemas kepada sukabumiupdate.com, Rabu (18/9/2019).
Husen mengaku punya garapan 60 pohon kelapa. Itupun dengan cara membayar kontrakan lahan kepada pemilik perkebunan. Saat cuaca normal, 60 pohon bisa menghasilkan gula sekitar 27-30 kilogram per hari. Namun sekarang hanya menghasilkan 14 kilogram per dua hari.
Gula merah kelapa produksi lahan perkebunan Kampung Cigaok Cekdam, Desa Tamanjaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. | Sumber Foto: Ragil Gilang
"Dampak kemarau ini sudah bikin produksi menurun, ditambah lahan di sekitar pohon kelapa ada yang membakar. Jadi sangat berpengaruh ke air nira karena akar kelapanya kering," lanjut Husen.
BACA JUGA: Harga Murah Produksi Menyusut, Nasib Pengrajin Gula Kelapa di Cidadap
Masih kata Husen, biasanya saat produksi menurun, harga dari petani gula seringkali naik. Namun sudah hampir satu tahun tak ada kenaikan. Harga jual dari petani ke tengkulak hanya berkisar Rp 8.500 per kilogram, atau yang biasa disebut harga borsom. Sedangkan harga umum mencapai Rp 12.000 per kilogram
"Kebanyakan petani menjual dengan harga borsom, karena punya sangkutan utang ke bos atau tengkulak. Musim kemarau disertai angin kencang, juga banyaknya lahan yang terbakar, sangat berpengaruh terhadap produksi gula merah kelapa ini," pungkasnya.