SUKABUMIUPDATE.com - Jari-jemari Nisah (52 tahun) lincah menganyam lembar per lembar daun pandan kering untuk dibentuk tikar pandan di halaman rumahnya di Kampung Cihurip RT 15/05, Desa Banyuwangi, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi. Sabtu (26/1/2019) siang itu, hampir separuh tikar pandan rampung padahal Hotimah memulai pekerjaannya itu dari Sabtu pagi.
Nisah sudah biasa dalam menganyam karena teknik membuat tikar pandan ini sudah dikuasainya sejak kecil. Terlebih keterampilan menganyam tikar pandan itu diwariskan secara turun temurun, maka dari itu di Kampung tersebut tak hanya dirinya saja tapi sejumlah perempuan seusianya juga ahli membuat tikar pandan.
"Kerajinan tersebut bisa dikatakan turun temurun. Kurang lebih ada sekitar 20 pengrajin yang masih aktif," ungkap Nisah kepada sukabumiupdate.com.
Nisah menuturkan, sebelum menganyam ada proses mengolah daun pandan yang memakan waktu hingga berhari-hari. Mulai dari mengambil duan pandan dari pohonnya lalu membuang durinya. Kemudian daun pandan dibelah menjadi empat bagian, selanjutnya dibersihkan dan diluruskan dengan maud sebuah potongan batang bambu. Setelah itu daun pandan direbus selama satu jam dan direndam air dingin selama satu malam.
BACA JUGA: Warga Tegalbuled Sukabumi, Sulap Limbah Kayu Jadi Karya Seni Bernilai Tinggi
Bagian yang lebih penting adalah proses penjemuran maksimal dua hari. Daun pandan yang siap dianyam terlihat dari warnanya yaitu putih. Setelah kering, kembali dilakukan proses pembersih atau maud mateng, baru dilakukan pelipatan sebelum melakukan minco atau menganyam.
"Untuk membuat satu buah tikar diperlukan waktu satu hari dengan ukuran panjang 2,30 meter dan lebar 1,20 meter," katanya.
Pengrajin lainnya, Yani (50 tahun) mengungkapkan, para perempuan di Kampung ini sudah menekuni anyaman tikar pandan selama puluhan tahun. Sejak remaja, para perempuan sudah membantu orang tuanya menganyam tikar hingga saat ini. Diakuinya kalau harga tikar pandan ini tidak sebanding dengan proses perbuatannya. Tikar ini biasanya dijual melalui pengepul.
BACA JUGA: Mengintip Proses Pembuatan Bata Merah Tradisional di Pabuaran Sukabumi
"Harganya bisa bervariasi, kalau sama pengepul satu buah Rp 30 ribu, namun kalau ada juga yang Rp 40- Rp 50 ribu. Terkadang kami ngambil uang duluan sama pengepul, nanti dibayar dengan hasil borsom atau anyaman tikar. Biasanya mereka mengambil kalau sudah dapat 4 - 5 buah tikar," pungkasnya.
Para perempuan di kampung ini akan tetap setia menekuni kerajinan tersebut demi menjaga tradisi anyaman tikar pandan, meski dari sisi keuntungan tak menjanjikan.