SUKABUMIUPDATE.com – Pandemi covid-19 memukul kemampuan ekonomi warga dunia, termasuk di Indonesia. Lebih dari separuh warga berteriak minta bantuan kepada negara karena kehidupan sehari-hari mereka terancam, namun apa daya pemerintah tak mampu mencover semua kebutuhan warganya.
Ruang kosong yang ditinggalkan pemerintah ini, mulai diisi oleh orang orang yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Mereka bergerak dengan komunitas atau perorangan mendatangi setiap rumah yang penghuninya terancam tidak makan dari pandemi ini.
Atau menyusuri jalan-jalan untuk menemukan warga yang membutuhkan makanan atau bahan pangan. Mereka mengumpulkan donasi dari banyak orang dan menyalurkannya juga untuk tidak sedikit warga yang membutuhkan.
Redaksi sukabumiupdate.com coba mengumpulkan data dari beragam aksi komunitas dan perorangan yang bergerak membantu warga terdampak, yang tidak tersentuh bantuan pemerintah. Datanya dari berita dirubrik komunitas atau figur yang sudah ditayangkan di website sukabumiupdate.com, selama satu bulan terakhir.
Mulai dari komunitas yang membantu sembako, membantu alat kesehatan pelindung diri hingga komunitas yang konsen mensosialisasikan bahaya dan cara pencegahan covid-19. Kebanyakan dari mereka bergerak mandiri walaupun tidak sedikit yang didukung oleh lembaga-lembaga di pemerintahan. Lihat aksi aksi komunitas komunitas keren ini silahkan klik!
BACA JUGA: Ustadz, Kiai dan Guru Ngaji di Empat Kecamatan di Sukabumi ini Dapat Bantuan
Mengupas hal ini, Dr Mulyawan Safwandy Nugraha pemerhati masalah sosial dan pemerintahan di Sukabumi tegas menyebut pemerintah dari semua level nyaris tidak mampu menangani pandemic covid-19 di Indonesia. “Fenomena komunitas dan warga mandiri membantu sesama ini adalah otokritik atas kinerja pemerintah dalam penanganan covid-19 di Indonesia,” jelas pria yang juga menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Sukabumi melalui sambung telpon Kamis (21/5/2020).
Kepada sukabumiupdate.com, Mulyawan mengungkapkan fenomena mereka yang bergerak mengisi ruang kosong yang ditinggalkan pemerintah saat pandemi ini memiliki tiga sisi yang berkaitan satu sama lain. Pertama adalah sisi kebijakan pemerintah, yang sejauh ini makin memperlihatkan jika negara tidak hadir, pemerintah menyerah dan tidak siap menghadapi pandemi ini.
“Kekurangan dimana-mana, mereka bergerakan karena pemerintah menyerah tak mampu,” tegas Mulyawan.
Relawan Siaga Covid-19 Jampang Peduli (Jampe) memberikan APD berupa masker kepada warga di Surade, Kabupaten Sukabumi. | Sumber Foto:Ragil Gilang
BACA JUGA: Relawan Lintas Komunitas di Palabuhanratu Bagikan Ratusan Paket Sembako
Sisi kedua adalah kemanusiaan, dimana komunitas dan personal ini bergerak atas dasar kemanusiaan. Menurut Mulyawan, tanpa melihat latar belakang apapun mereka bergerak untuk membantu sesama yang saat ini benar-benar terdampak.
“Muncul kebaikan untuk membantu orang lain, sisi kemanusiaan bergerak tanpa kepentingan atau apapun, mereka bergerak demi kemanusian, membantu orang yang membutuhkan,” tegasnya.
Sisi yang ketiga atau terakhir terkait fenomena ini menurut Mulyawan adalah kewajiban negara. Disini membuat seolah-solah saat ini ada atau tidak pemerintah tidak berpengaruh masyarakat tetap bisa hidup, warga bisa bergerak sendiri tanpa harus dibantu oleh pemerintah.
BACA JUGA: Komunitas Ini Keluar Masuk Kampung di Surade Sukabumi, Sebar APD
“Eksekusi kebijakan tidak pernah berjalan sesuai rencana, ini fenomena saat ini. Saat pandemic hal ini berdampak pada makin tidak pedulinya masyarakat pada bahaya virus corona. Fenomena akhir-akhir ini rakyat sudah tidak mau peduli, tidak mau ikut aturan pemerintah muncul akibat pemerintah tidak mampu menangani ini secara baik,” bebernya.
Masalah dampak sosial dalam pandemi ini di Indonesia termasuk Sukabumi menurut Mulyawan muncul akibat lalainya pemerintah dalam merencanakan dan mengeksekusi kebijakan yang tepat. Data kemiskinan menjadi salah satu cermin buruknya kinerja pemerintah, dan terbuka dengan jelas saat pandemi ini.
“Ternyata kita tidak pernah benar dalam mengurusi data kependudukan dan kemiskinan. Kesannya malah dibiarkan kacau, saya khawatir ada yang mengambil keuntungan dari kacaunya data kemiskininan yang berujung pada tidak efektifnya semua program terkait penanganan dampak pandemi ini. Saya berterima kasih pada komunitas dan personal yang sudah mengisi ruang kosong yang ditinggalkan pemerintah, teruslah bergerak,” pungkasnya.