SUKABUMIUPDATE.com - Regenerasi merupakan persoalan yang dihadapi para pelukis di Sukabumi saat ini. Jumlah pelukis pun dapat terhitung jari dan hanya lima pelukis saja yang aktif menghasilkan karya-karyanya. Padahal, Sukabumi melahirkan banyak para pelukis self potrail yang jarang dimiliki oleh daerah lain.
"Untuk regenerasi itu memang kurang mendapat perhatian dari pemerintah, dan respect dari masyarakat pun kurang bagus," ungkap Sinta, seorang pelukis yang ditemui sukabumiupdate.com, pada acara Sukabumi Festival Art di Cafe Boendel, Senin (19/8/2019).
Pada kegiatan Sukabumi Festival Art ini dipamerkan 50 lukisan hasil karya seniman Kota Sukabumi. Acara sendiri dilaksanakan pada tanggal 19 hingga 23 Agustus.
BACA JUGA: Art Festival, Melihat Sudut Sukabumi Lewat Lukisan
Sinta menuturkan, sulitnya melahirkan regenerasi dalam bidang seni lukis menjadi pekerjaan rumah bagi pegiat seni. Sinta mengajak agar masyarakat dan pemerintah memikirkan eksistensi seni dan budaya, tidak hanya fokus terhadap teknologi. Sebab, kata Sinta, seni dan budaya sebagai identitas bangsa Indonesia.
Perempun yang sudah menggeluti dunia lukis selama 30 tahun ini menyatakan regenerasi dapat dilakukan melalui kebijakan pemerintah. Diantaranya Kemendikbud terkait kurikulum kesenian di sekolah sebab dulu menggambar menjadi salah satu pelajaran yang utama, tapi sekarang ekskulnya pun ditiadakan.
BACA JUGA: Lukisan-lukisan Juara Karya Pelajar di Pameran Seni Rupa Sukabumi
"Padahal menggambar itu pelajaran yang penting, karena bidangnya banyak. Banyak pengalaman orang-orang yang masuk ke desain grafis atau arsitek tapi tidak bisa menggambar. Bahkan saya ingin ucapan saya ini sampai ke Presiden Republik Indonesia yang sekarang agar diperhatikan," jelas Sinta.
Mengenai pelukis self potrait, menurut Sinta di kota besar seperti Jakarta begitu jarang. Self potrail ini begitu istimewa.
"Di Jakarta pun yang self potrait itu jarang, self potrait itu seperti lukisan orang. Karena melukis orang itu paling sulit objeknya, karena tiap orang punya karakter dan perjalanan yang berbeda-beda," papar Sinta.