SUKABUMIUPDATE.com - Pondok Pesantren (Ponpes) Alquran Lembaga Kaligrafi (Lemka) di Kelurahan Karamat, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi merupakan cikal bakal pesantren kaligrafi di Indonesia. Ponpes ini menjadi pesantren pertama di Indonesia yang mengelola pendidikan dan latihan di bidang seni kaligrafi.
Ketua Bidang Diklat Pesantren Lemka Sukabumi, Hilmi Munawar mengatakan, Lemka berdiri di Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada tahun 1985. Pendirian pesantren kemudian dirintis oleh Drs. H. D Sirajuddin AR, M.Ag, sekitar 13 tahun kemudian. Yakni pada 1998.
"Sudah hampir lima ribu lulusan pesantren ini. Namun jika dihitung dari awal pembentukan, bisa mencapai 10 ribu lulusan," ujar Hilmi kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (19/5/2018).
BACA JUGA: Melongok Ponpes Darul Ulum Tembongsari, Tertua di Ciracap Sukabumi
Menurut Hilmi, ada yang menarik soal berdirinya Pesantren Lemka di Sukabumi. Sebelum pendirian, Drs Sirajuddin bertemu dengan sejumlah ulama dan kyai di Hotel Lingga Bandung pada 9 April 1998. Dalam kesempatan itu, setiap kyai mengumandangkan punya pesantren tilawah, tahfid dan lainnya. Sedangkan beliau bilang akan membuat pesantren di Sukabumi.
Ustad Hilmi saat memantau ujian muridnya.
"Padahal tidak tahu letaknya Sukabumi itu dimana, karena beliau itu orang Kuningan. Sempat mencari tempat yang cocok di beberapa daerah, dan akhirnya dipilih di sini," ucapnya.
Awal pendirian, hanya ada empat murid dan 20 orang santri kolong (tidak menginep di ponpes). Setelah itu datang 12 orang dari beberapa daerah. "Dulu masih gubuk reyot. Sering berjalan waktu, alhamdulillah bisa dibangun sedikit-sedikit," katanya.
Murid di ponpes tersebut berasal hampir dari seluruh daerah di Indonesia. Bahkan, banyak pula santri yang berasal dari luar negeri.
"Ada dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Inggris, Oman, dan Australia," jelasnya.
Selain di ponpes, para lulusan Pesantren Lemka tersebut juga mengajar di 64 sanggar dan 12 ponpes kaligrafi. Setiap ada kegiatan lomba kaligrafi, hampir seluruh peserta adalah lulusan Lemka.
"Makanya kalau ada lomba kaligrafi dimanapun. Orang Lemka itu seperti reuni," ungkapnya.
Menurutnya, terdapat sejumlah gaya kaligrafi yang dipelajari di Lemka. Baik beraliran dekoratif, kontemporer, mushab, dan murni.
Setiap santri menjalani pembelajaran sesuai dengan tingkatannya. Setiap tingkatan pelajaran diberikan dengan metode yang berbeda.
"Ada tingkatannya dan metoda. Namun, kita pun cukup fleksibel. Sehingga, apapun yang ditanyakan santri, terkait kaligrafi pasti dijawab," katanya.