SUKABUMIUPDATE.com - Ajang (15 tahun) bungsu dari tiga bersaudara ini memiliki kekurangan fisik pada bagian kakinya. Meskipun Difabel, Ajang ingin sekali bisa baca tulis.
Sehari-hari, anak pasangan suami istri Kakat (52 tahun) dengan Yayam (54 tahun) ini mengisi waktu dengan membuat barang-barang anyaman bambu seperti hihid (kipas), boboko (bakul nasi), aseupan (tempat menanak nasi) dan ayakan (saringan) di rumahnya di Kampung Cipondok RT 05/02, Desa Waluran, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi.
"Hampir satu tahun dia membuat kerajinan anyaman dari bambu seperti asepan,boboko dan ayakan, kegiatan tersebut hanya sekedar untuk mengisi waktunya," kata ibu kandung Ajang, Yayam kepada sukabumiupdate.com, Kamis (28/3/2019).
BACA JUGA: Nanang, Difabel Jampangtengah Terima Kursi Roda dari Pembaca Sukabumiupdate.com
Hasil kerajinan Ajang ini tak dijual keliling hanya dibeli para tetangga saja dan itupun tak setiap hari ada yang membeli. Makanya kebanyakan hasil anyamannya dipakai.
"Susah juga kalau anyaman seperti itu pembelinya, kendati harganya setiap jenis barang Rp 10 ribu," tegasnya.
Yayam mengakui kalau Ajang itu tidak bisa baca dan tulis. Dulu pernah Ajang belajar dan gurunya datang ke rumah tapi itu tidak berlangsung lama hanya dua bulan saja.
Keinginan Ajang untuk menuntut ilmu terkendala jauhnya jarak sekolah dengan rumahnya sekitar 6 kilometer. Sedangkan dengan kondisi kakinya itu Ajang bergerak dengan cara merangkak.
BACA JUGA: Ingin Jadi Atlet Panjat Tebing, Ini Aksi Adul Difabel asal Cibadak Sukabumi saat Memanjat
Sementara itu Ajang menuturkan keinginannya untuk sekolah karena ingin bisa membaca dan menulis. Ia pun sadar dengan kondisinya maka dari itu kalau sekolah tidak memungkinkan dia memilih untuk menggeluti kerajinan perabotan rumah berbahan bambu itu.
"Saya mau sekolah bisa baca dan tulis, seandainya tidak memungkinkan mau menekuni kerajinan anyaman namun tidak ada modal buat beli bambu," pungkasnya.