SUKABUMIUPDATE.com - Hingar-bingar Asian Games 2018 membuka kembali memori saat dahulu kala Indonesia berjaya di cabang olahraga balap sepeda. Tersebutlah nama Hendra Gunawan atau yang kala itu kondang dipanggil Hendrik Brocks.
Setengah abad silam, Hendrik menorehkan sejarah pada gelaran Asian Games 1962, dimana pria yang kini berusia 77 tahun itu memborong medali emas dari cabang olahraga balap sepeda, baik di nomor individual maupun nomor beregu.
Ia juga tercatat sebagai orang pertama di Indonesia yang meraih medali emas di ajang bergengsi sekelas Asian Games. Yang semakin membuat bangga, tak lain musabab Hendrik adalah orang Sukabumi.
BACA JUGA: Kisah Kati, Gadis 17 Tahun Penyandang Tunanetra di Purabaya Sukabumi
Selepas menjalani puluhan tahun karir profesional sebagai atlet dan pelatih, kini ia bersama istri tercinta, Yati Suryati (68 tahun), menjalani kesehariannya di rumahnya, di Jalan Bhayangkara, Gang Rawasalak, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Tetangga lebih mengenalnya dengan sebutan Pak Ekih. Saat disambangi, Ekih tanpa segan berbagi pengalaman saat ia berhasil mengungguli negara-negara lainnya yang saat itu ikut bertarung di Asian Games 1962.
"Kalau dari persiapan, waktu itu kita sangat siap. Sebelum mulai lomba, kita latihan seminggu paling sedikit tiga kali melewati rute 180 kilometer, menyusuri Cipayung Puncak, Cianjur, Sukabumi, Bogor. Lawannya semua berat, namun yang paling berat waktu itu, dari Korea. Karena kan kita belum tahu kekuatannya seperti apa. Tapi dengan niat dan keyakinan yang kuat, kami bisa," kenang Ekih saat diwawancarai sukabumiupdate.com, Rabu (29/8/2018) di kediamannya.
BACA JUGA: Kostum Cosplay Digandrungi Anak Muda Kota Sukabumi
Ratusan medali, piala, dan piagam penghargaan menghiasi etalase dan dinding rumah Ekih. Beberapa foto saat Ekih terjun di dunia balap sepeda juga masih tersimpan rapi. Yang paling fenomenal tentu saja adalah foto Ekih saat berada di garis finish dengan wajah gembira di Asian Games 1962.
"Bukan hanya bahagia dan terharu, disitu saya menangis kegirangan. Kebetulan waktu itu orang tua saya juga ikut menyaksikan. Sebelumnya pernah ikut lomba seperti ini. Kan ada PON dulu. Setelah Asian Games juga ikut pertandingan lainnya seperti Ganefo D'Asie tahun 1966," pungkas Ekih.