SUKABUMIUPDATE.com - Engkus, seorang penyandang difabel asal Kampung Ciangsana RT 3 RW 3, Desa Kertangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi menyampaikan surat terbuka yang ditujukan kepada Bupati Sukabumi, Marwan Hamami. Ia merasa Pemerintah Kabupaten Sukabumi tak memberi perhatian bagi penyandang difabel yang berupaya hidup mandiri.
BACA JUGA: Perbaiki Barang Elektronik Hingga Menjahit, Semangat Difabel Asal Purabaya Sukabumi
Surat terbuka itu disampaikan Engkus melalui postingan di akun facebooknya, Jumat (13/4/2018). Hingga berita ini disusun, postingan surat terbuka itu mendapatkan hampir 300 tanggapan.
"Ini bukan berarti saya mengeluh, tapi saya hanya ingin diperhatikan oleh pemerintah sebagai seorang difabel," kata Engkus dalam surat terbukanya.
Pria yang kini berusia 30 tahun itu lahir dengan keterbatasan fisik. Kedua tangannya tidak bisa digerakan, Engkus juga tak lancar berbicara.
Selama ini, Engkus merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah. Padahal Ia mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Engkus ingin bersekolah meski sudah terlambat. Ia pun ingin tinggal ditempat yang layak, karena rumah sederhana yang Ia huni saat ini sering bocor saat diterjang hujan.
"Meski saya seorang difabel, saya benar-benar ingin mandiri dan mendapat penghasilan sendiri. Namun saya belum tahu caranya," tutur Engkus.
BACA JUGA: Engkus, Tutor Bahasa Inggris Online Difabel Asal Nyalindung Sukabumi
Walaupun punya keterbatasan fisik, sebenarnya Engkus tak mau berpangku tangan. Ia sudah berupaya untuk hidup mandiri, salah satunya dengan cara menjual telur bebek peliharaannya.
Engkus memilik 7 ekor bebek. Namun, itu belum bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Bebek yang Ia pelihara terkadang tidak bertelur.
Tak cuma itu, Engkus sudah berupaya untuk berbagi dengan sesama. Ia punya keahlian Bahasa Inggris sejak usia 6 tahun yang dipelajari secara otodidak melalui TV, majalah, dan kamus.
BACA JUGA: Kisah Pilu Petani Miskin di Sukabumi, Anak dan Cucu Tak Mau Sekolah Karena Difabel
Sekitar 8 tahun, Ia membagikan ilmu saya di media sosial. Ia berkomunikasi dengan cara mengetik menggunakan jari kaki.
"Seandainya saya bisa bicara secara lancar, saya mungkin bisa ngeles (mengajar di tempat les-red), namun saya tidak bisa," tuturnya.
"Saya berharap semoga bapak Bupati dapat meluangkan untuk menemui saya dan memberi solusinya," harap Engkus.