SUKABUMIUPDATE.com - Pemerintah Desa Mandrajaya Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi menilai Geopark Nasional Ciletuh Palabuhanratu (GNCP) belum pantas menyandang gelar Unesco Global Geopark (UGG) lantaran tidak didukung infrastruktur yang memadai.
Seperti halnya desa Mandrajaya yang merupakan salah satu desa yang masuk kedalam zona inti Geopark Nasional Ciletuh, namun terkesan diabaikan dan terisolir.
BACA JUGA: Disumbang Pengusaha, Pemdes Mandrajaya Miliki Mobil Ambulans
"Banyak destinasi wisata yang berada di desa kami, seperti Pulau Mandra, Pulau Kunti dan Batu Batik yang menjadi daya jual Geopark Ciletuh Palabuhanratu. Namun potensi wisata tersebut sama sekali tidak didukung dengan infrastruktur dan sarana lainnya," keluh Kepala Desa Mandrajaya, Agustina Abdul Hasanudin, kepada sukabumiupdate.com, Kamis (17/5/2018).
Dirinya memaparkan, Geopark gencar disosialisasikan dengan tujuan untuk memuliakan bumi dan menyejahterakan masyarakat, namun bagi kami itu hanyalah sebuah slogan yang jauh dari kenyataan.
BACA JUGA: Peringati Isra Miraj, Pemdes Mandrajaya Sukabumi Gelar Istighosah dan Salurkan ZIS
"Sampai saat ini, apa yang telah diperbuat oleh pemerintah di kawasan desa Mandrajaya sebagai zona inti Geopark? yang ada hanya pengusiran kepada petani penggarap di kawasan yang di klaim milik BKSDA," cetusnya.
Hingga detik ini, kata Agustina, pihaknya belum merasakan manfaat adanya Geopark, seharusnya kalau sudah ada pengakuan dari UGG maka sarana pendukungnya pun seperti infrastruktur harus serta merta dibenahi.
"Malah wilayah kami sebagai zona inti merasa diabaikan, semakin terisolir, akses jalan yang rusak parah serta dihantui banjir apabila datang musim hujan. Kalau tidak percaya, silahkan pihak terkait bisa melihat langsung kondisi yang sebenarnya," pungkasnya