SUKABUMIUPDATE.com - Petani kol di Kampung Sukanangon Desa Sukamekar Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi harus menelan pil pahit saat harga jual produk sayuran mereka jauh dari harapan.
Ditemui di lokasi, salah seorang petani bernama Ali Rahmat (34 tahun) mengatakan, saat ini harga jual sayuran kol yang ia tanam berada di titik terendah. Ali menyebut, harga pasar sayur kol saat ini hanya Rp 700 per kilogram. Sementara itu, modal para petani sendiri mencapai Rp 1.200 per kilogram.
"Jadi kalau pun kita panen, habis untuk biaya panen sekitar Rp 350 per kilogram, belum ongkos. Di tingkat petani hanya terima Rp 200 per kilogram," kata Ali kepada sukabumiupdate.com, Kamis (13/8/2020).
BACA JUGA: Perkuat Usaha Rumah Tangga, drh Slamet Dorong Pengolahan Ikan di Surade Sukabumi
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) drh Slamet mengungkapkan, dirinya turut prihatin dan berempati dengan nasib petani kol di wilayah Sukaraja tersebut.
"Kami tidak bisa berbuat banyak kecuali mengimbau kepada pemerintah agar memperhatikan nasib petani. Dalam masa Pandemi Covid-19 ini, yang bisa bertahan adalah para petani, karena sumber pangan masih kita butuhkan," ungkap Slamet.
Slamet menuturkan, hanya sektor pertanian yang memiliki nilai positif dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun ini.
"Oleh karena itu, kami berempati dengan membeli produk kol ini dari petani, semampu kita. Yang dibeli sekira 10 ton, yang kemarin tidak laku. Rencana akan kita bagikan ke masyarakat secara gratis dan disebar di beberapa titik," tutur Slamet.
BACA JUGA: Anggota DPR RI drh Slamet Soroti Perizinan Berusaha dalam RUU Cipta Kerja
Salah satu alasan anjloknya harga sayuran kol tersebut, sambung Slamet, karena secara umum perekonomian Indonesia memang tengah mengalami penurunan dan daya beli masyarakat yang sedang rendah.
"Tapi bagaimana pemerintah hadir dengan memberikan subsidi pasca-panen. Itu bisa kok. Hari ini pemerintah memberikan subsidi pupuk, di mana subdisi pupuk ini juga bisa salah sasaran. Kemarin saya datang ke beberapa kelompok tani, mereka mengeluh soal susahnya mendapatkan barang, jangankan yang subsidi, yang non subsidi saja susah. 2020 ini ada sekira Rp 26 triliun untuk subsisi pupuk, tolong itu dikaji untuk subsidi pasca panen," beber Slamet.
Sementara itu, Ketua Fraksi PKS DPRD Kabupaten Sukabumi Muhammad Yusuf menambahkan, saat ini partainya memiliki gerakan peduli petani dengan membeli produk pertanian lokal yang sedang terpuruk.
"Semoga Pemerintah Kabupaten Sukabumi bisa berkoordinasi dengan petani untuk mengatasi kondisi ini," pungkasnya.