SUKABUMIUPDATE.com - Pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat Pendi (43 tahun) seorang buruh bangunan asal Kampung Cicepe RT 11/03 Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi.
Sebelumnya, Pendi bekerja sebagai buruh alias kuli bangunan di kawasan Cikeas, Bogor. Namun wabah Corona membuatnya tak bisa bekerja lagi sejak dua bulan ke belakang.
BACA JUGA: Pirus, Strategi Ketahanan Pangan Desa Wisata Hanjeli Sukabumi Saat Pandemi
Tak ingin ekonominya semakin terpuruk, akhirnya Pendi berinisiatif membuat mainan miniatur mobil-mobilan atau truk, sampai sangkar burung dari kayu bekas peti telur selama ia berada di rumah.
"Untuk memenuhi kebutuhan hidup, saya mencoba buat kerajinan dari peti bekas telur. Bikin mobil-mobilan dan sangkar burung. Itupun perlu proses dan waktu yang lama. Dibuat secara manual, terus modal buat bikin kerajinan yang baru harus nunggu laku dulu," kata Pendi kepada sukabumiupdate.com, Jumat (8/5/2020).
BACA JUGA: Buat Air Terjun Mini, Warga Loji Sukabumi Cari Nafkah di Rumah
Sekali membuat mobil-mobilan jenis miniatur truk, Pendi membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Sementara pembuatan sangkar burung memakan waktu empat hari sampai satu minggu tergantung ukuran dan ukiran.
"Prosesnya memang cukup lama, karena hanya mengandalkan gergaji ukir. Kalau pakai mesin bisa lebih cepat. Bahan baku kayu peti bekas dan bambu," jelasnya.
Pendi (43 tahun) buruh bangunan asal Kampung Cicepe RT 11/03 Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi yang sekarang banting setir jadi perajin mobil-mobilan. | Sumber Foto: Istimewa
Selain peti bekas, lanjut Pendi, juga ada bahan-bahan lainnya yang harus dibeli, seperti lem, paku, skotlet buat nama, dempul dan ampelas. Satu unit mobil-mobilan ia banderol Rp 130.000 hingga Rp 150.000 per buah. Sementara sangkar burung dibanderol Rp 70.000 hingga Rp 100.000 per buah.
"Kalau bicara pemasukan memang sangat jauh. Dulu per hari bisa menghasilkan Rp 140.000, sekarang di tengah pandemi, tidak menentu. Untung saja masih ada adik yang bekerja, jadi bisa bantu," lirihnya.
BACA JUGA: Di Rumah Aja Tapi Menghasilkan, Warga Nangerang Sukabumi Beralih dari Tahu ke Oncom
Pendi adalah seorang kuli bangunan dengan tanggungan satu orang istri bernama Rani (35 tahun) dan satu anak perempuannya Vera (14 tahun). Mau tidak mau, ia harus tetap banting tulang untuk menghidupi keluarganya.
"Kami tidak bisa mengandalkan Bansos, karena masih ada yang jompo, yang perlu disantuni. Memang kemarin ada pendataan di tiap RT, hanya warga yang jompo, tiap RT empat orang, mungkin untuk Bansos Provinsi, BPNT, PKH dan BLT," ungkapnya.
BACA JUGA: Sayuran dari Nagrak Utara Sukabumi Ini Dijual Online, Belanja dari Rumah Aja
Ia tak menampik, punya sawah kurang lebih 400 meter, sawah garapan di atas lahan milik desa. Namun sawah itu sudah digadaikan untuk biaya berobat mertuanya yang sakit stroke.
"Begitu pun dengan kebun, hanya kebun bambu kecil. Mudah-mudahan virus Corona segera berakhir, biar kami bisa bekerja lagi seperti dulu," pungkasnya.