SUKABUMIUPDATE.com – Perayaan Cap Go Meh pada tahun baru imlek kali ini memang berbeda, karena masuk dalam CoE (Calendar of Event) Kota Sukabumi tahun 2020 sebagai salah satu event atrasi budaya. Perayaan “hari kelima belas” (Cap Go Meh) kali ini lebih seru dan aktraktif bahkan lebih ramai dari tahun-tahun sebelumnya.
Dalam CoE Kota Sukabumi, perayaan Cap Go Meh ini menjadi event pertama di tahun 2020. Tak heran jika dalam perayaan ini, semua terlihat lebih dipersiapkan. Kawasan di sekitar Vihara Widhi Sakti (pecinannya Kota Sukabumi) berubah menjadi area event bernuansa merah, dihiasi lampion dikanan kiri jalan.
Puluhan stand yang menjajakan makanan dan cinderamata terkait imlek berjajar di sepanjang Jalan Pajagalan, Oden dan di kawasan ekonomi danalaga. “Tahun ini lebih meriah banyak yang jualan juga, lihat barong liong, wisata murah meriah,” jelas Ariana, warga Nagrak Kabupaten Sukabumi yang sengaja datang untuk nonton lansung event budaya Cap Go Meh 2020 Kota Sukabumi di sekitar Vihara Widhi Sakti.
Cap Go Meh 2020 ini tidak menampilkan atraksi budaya Tionghoa, tercatat puluhan tim atraksi sunda dan komunitas di Sukabumi akan ikut dalam pawai keliling Kota Sukabumi. Dari catatan panitia, rombongan pawai ini akan diawali oleh Pasukan Paskibra dan tim marchingband dari Universitas Muhhamadiyah dan barisan mojang jajaka Kota Sukabumi.
Kemudian ada barisan atraksi dari sejumlah komunitas seperti inline skate, skateboarding, hingga atraksi calung, lengser ambu, sisingaan, boles dan lainnya. Sajian perayaan Cap Go Meh tahun ini memang didesain sedemikian rupa untuk menarik minat wisata dan sebagai magnet ekonomi.
Hal ini diungkapkan tokoh warga Tionghoa sekaligus anggota DPRD Kota Sukabumi, Henry Slamet kepada sukabumiupdate.com, Jumat (14/2/2020) di depan Vihara Widhi Sakti. “Kedepanya sih semoga jadi magnet wisata ke Kota Sukabumi, karena faktanya banyak pendatang dari luar sukabumi,” ujarnya.
BACA JUGA: Jelang Tahun Baru Imlek, Henry Slamet Tengok Vihara Sukabumi
Ia mendapatkan data jika event budaya ini berdampak signifikan terjadi perekonomian di Kota Sukabumi. “Akupansi hotel meningkat, tempat makan penuh bahkan pedagang-pedang kecil pun dapat meraih keuntungan dari event ini,”
Politikus Partai Demokrat ini juga menerangkan bahwa jika ditahun-tahun sebelumnya, Cap Go Meh memang tidak dirayakan semeriah ini. Persoalan bukan pada izin melainkan keputusan para tokoh Tionghoa sendiri.
“Empat 4 tahun ke belakang itu tidak ada pawai bukan karena persoalan ijin tapi ada sebuah ritual yang bernama Sihopey yang mempersyaratkan seperti undian. Dua buah koin apakah ada perayaan atau tidak, jika 2 koin itu sama maka akan ada perayaan jika saling tolak belakang maka tidak akan ada perayaan cuman ada ritual keagamaan saja,” pungkasnya.