SUKABUMIUPDATE.com - Ditengah himpitan ekonomi, Ayat (53 tahun) warga Kampung Gununggelis, Desa Cisolok, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi rela bekerja sebagai pemecah batu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
BACA JUGA: Perajin Tungku Asal Jampang Tengah Berharap Ada Bantuan Mesin Potong
Ayat mengaku sudah melakoni pekerjaan tersebut selama dua bulan. Setiap harinya Ayat bekerja mulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB dengan penghasilan sekitar Rp 20.000 per hari. Bahkan tidak jarang Ayat harus lembur untuk mendapatkan penghasilan lebih.
"Saya dibayar Rp 4.000 untuk satu karung bulog ukuran 25 kilogram. Saya biasanya dapat lima karung seharr. Kalau lembur sampai pukul 23.00 WIB untuk mendapatkan penghasilan lebih," ujarnya kepada sukabumiupdate.com.
BACA JUGA: Soal Tunanetra Pemecah Batu di Kalapanunggal, Camat: Sengaja Cari Iba
Tangan Ayat sudah terlatih, tidak canggung begitu cekatan dalam mengambil batu kemudian di simpan dalam sebuah batu besar kemudian dengan menggunakan palu kecil memecahkan batu-batu kecil nan keras itu, yang merupakan batu batu yang di dapat dari pinggir pantai.
"Saya melakukan ini untuk biaya hidup bersama anak yang mengalami penyakit polio. Inginnya sih ada pekerjaan yang lebih ringan dan penghasilan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan hidup," jelasnya.
"Karena tidak ada pekerjaan lain. Anak sekarang umurnya sudah 30 tahun terkena penyakit polio. Kerja ini untuk makan sehari-hari. Kalau kerja yang lain siapa yang urus anak saya? Saya sih maunya buka usaha warung tapi modalnya enggak ada," terangnya.
BACA JUGA: Agustus Bawa Berkah, Penyewaan Sound System di Sukabumi Kebanjiran Order
Diakui Ayat, meski tangannya sering merasakan sakit akibat terkena pecahan batu saat dipecahkan, namun ia sudah terbiasa sehingga semua rasa sakit yang dirasa dan dialaminya tidak pernah dihiraukan.
"Rasa sakit di tangan enggak dirasa, ya mau bagaimana lagi, mungkin sudah terbiasa terkena pecahan batu lama lama tak terasa tidak seperti awal awal jadi pemecah batu," pungkasnya.
Ayat bekerja tidak sendiri, masih ada dua orang rekan nya yang juga ibu ibu sekampung nya menjadi pemecah batu setiap harinya menemaninya.