SUKABUMIUPDATE.com - Aktivis buruh Sukabumi menilai banyaknya perusahaan yang tutup dan hengkang dari Sukabumi bukan gara-gara tingginya Upah Minimum Kabupaten (UMK).
BACA JUGA: Perusahaan Jaminkan Aset, Buruh Cicurug: Tak Tahu Barang Itu Milik Sentosa atau Orang lain
Ketua DPC Federasi Kehutanan Industri Umum Perkayuan Pertanian dan Perkebunan, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (F Hukatan KSBSI) Kabupaten Sukabumi, Nendar Supriatna meminta pihak perusahaan tidak terus-menerus melemparkan isu semacam itu ke publik.
"Bukan seutuhnya gara-gara UMK naik. Alangkah lebih baik isu-isu semacam itu tidak terus digulirkan," kata Nendar kepada sukabumiupdate.com, Selasa (25/6/2019)
BACA JUGA: PT Sentosa Utama Garmindo Tak Bayar Upah, Buruh Ancam Duduki Pendopo Sukabumi
Nendar mencotohkan persoalan di PT Sentosa Utama Garmindo (SUG) di Cicurug. Perusahaan garmen itu tutup dan berdampak kepada ratusan buruh yang tak mendapat upah. Penyebabnya, lanjut Nendar, adalah faktor internal antara pemilik saham.
"Kita ketahui dari beberapa perusahaan yang tutup belum tentu juga karena persoalan upah. Upah minimum adalah barometer terendah dan itu upah untuk buruh lajang, belum berbicara bagaimana dengan para buruh yang sudah berkeluarga," lanjutnya.
"Maka dari itu, alangkah lebih bijaksana jika hari ini kita memikirkan dan berbicara bagaimana menekan biaya konsumsi buruh. Dan jangan berpikir untuk membangun sistem dalam memiskinkan buruh," pungkasnya.