SUKABUMIUPDATE.com - Pasangan Suami istri (Pasutri) Empin (67 tahun) dan Titim (62 tahun) warga Kampung Cikamarang RT 01/03 Desa Banyuwangi, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi merupakan pedagang sekaligus pengrajin anyaman tikar pandan.
Mereka tinggal di sebuah rumah panggung berdinding kayu dan bilik ukuran sekitar 7x 12 meter persegi yang terletak di pinggir persawahan. Di tempat itu Empin dan Titim menjalankan usaha tikar pandan selama puluhan tahun. Keduanya mengaku menjalankan usaha tersebut secara turun temurun.
"Kami bisa menganyam sejak masih lajang. Tidak diajarkan secara khusus, hanya melihat orangtua dulu membuat tikar. Ini sudah menjadi warisan leluhur," kata Empin kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (26/1/2019).
Pasangan Empin dan Titim dikaruniai dua orang anak. Satu laki-laki dan satu perempuan. Kedua anaknya sudah berkeluarga. Empin menyebut, pada rentang tahun 1970-an hingga 1990-an, anyaman tikar pandan sempat mencapai masa kejayaan. Tak sedikit pesanan dari luar Sukabumi, apalagi dari wilayah Pajampangan.
"Saat itu cukup laris. Saya jualan keliling, istri menganyam di rumah. Dari daun pandan bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Bahkan waktu itu menjadi ciri khas produk Kecamatan Cibitung," ulas Empin.
Seiring perkembangan zaman, lanjut Empin, tikar pandan mulai tersisihkan dengan tikar dari bahan dasar plastik. Alhasil produksi tikar buatannya menurun lantaran pesanan menurun. Apalagi sekarang, istrinya, Titim, sudah tidak bisa berjalan lagi. Ia tidak lagi membuat tikar pandan, hanya memesan tikar dari pengrajin, lalu dijual ke konsumen seharga Rp 150 ribu.
BACA JUGA: Kesetiaan Perempuan Desa Banyuwangi Sukabumi Terhadap Anyaman Tikar Pandan
"Istri saya tidak bisa berjalan karena kondisi keterbatasan sejak lahir. Awalnya bisa jalan sedikit-sedikit, tapi sekarang total tidak bisa jalan," imbuhnya.
"Kami masih punya kebun, mungkin sekitar 20 sampai 25 pohon pandan. Usianya sudah puluhan tahun. Semenjak lajang pohon pandan itu sudah ada. Untuk memanfaatkan kebun pandan, paling menyuruh pengrajin lain, karena proses pengolahan sampai menjadi tikar lumayan rumit dan perlu kesabaran," pungkasnya.