Belasan Orang Tewas saat Ritual di Pantai Selatan Jember, BMKG: Waspada 'Rip Current'

Senin 14 Februari 2022, 20:30 WIB

SUKABUMIUPDATE.com -  Arus laut Pantai Selatan Jawa kembali menelan korban. Salah satu musibah terbaru menimpa 24 orang anggota Kelompok Tunggal Jati Nusantara yang sedang melakukan kegiatan ritual di Pantai Payangan Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022) lalu. BMKG menyebut, peristiwa tersebut disebabkan oleh fenomena ilmiah yang disebut 'Rip Current'.

Saat mereka melakukan kegiatan ritual meditasi, tiba-tiba para jemaah itu terseret ombak Laut Selatan, akibatnya, sebanyak 11 orang dinyatakan meninggal dunia. 

Dikutip dari rilis resmi BMKG yang didapatkan redaksi sukabumiupdate.com melalui Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, musibah semacam ini sebenarnya hanyalah bagian kecil dari daftar panjang korban jiwa karena terseret arus laut Pantai Selatan Jawa. 

Daryono menghimbau, rentetan musibah ini sepatutnya mendapat perhatian serius dari pemeritah daerah dan masyarakat, mengingat hampir setiap tahun selalu saja terjadi kasus serupa. 

photoWarga dan petugas sedang mengevakuasi korban meninggal akibat terseret ombak saat melakukan ritual di Pantai Selatan Jember, Minggu (13/2/2022). - (IST)</span

"Entah sudah berapa banyak warga masyarakat dan wisatawan menjadi korban keganasan arus laut Pantai Selatan," tulis Daryono.

Ia menuturkan, sebagian masyarakat pesisir Selatan Jawa menyebut arus laut yang sering menyeret korban ke tengah laut ini sebagai 'alun serot'. 

Dalam hal ini kata "alun" artinya ombak dan “serot” adalah sedot, maksudnya ombak (sesungguhnya arus) yang bisa menyedot (orang). 

"Sedangkan dalam dunia sains, fenomena alam mematikan ini disebut 'rip current'," kata Daryono.

Baca Juga :

Mengenal Karakteristik Arus

photo(Ilustrasi) Fenomena Rip Current, dinilai BMKG sebagai penyebab terjadinya musibah yang menewaskan belasan orang terseret arus ombak di Pantai Selatan Jember, Minggu (13/2/2022) lalu. - (via ialert.com)</span

Menurut Daryono, jika memperhatikan morfologi Pantai Payangan Jember yang berbentuk teluk, maka diduga kuat musibah yang terjadi sangat mungkin diakibatkan arus 'rip current'. 

Apalagi menurutnya, jika dicocokkan dengan waktu kejadian bersamaan dengan waktu pasang dan berdasarkan informasi dari BMKG, tinggi gelombang saat kejadian mencapai sekitar 2-2,5 meter.

Ia menilai, kurangnya pemahaman masyarakat mengenai karakteristik dan bahaya arus laut di pantai menjadi faktor utama terus berulangnya korban jiwa terseret arus laut. 

Lanjutnya, di Jawa sendiri berkembangnya mitos dan cerita rakyat 'Nyai Roro Kidul' bahwa Laut Selatan sering meminta korban. 

"Ini sesunggunya hanyalah bentuk ketidakmampuan masyarakat dalam menjawab fenomena alam pantai yang mematikan dan sering terjadi secara berulang," ucap Daryono.

Daryono berkata, sebenarnya masyarakat dapat terhindar dari bahaya arus laut asalkan mau memahami karakteristik dan mekanisme terbentuknya arus berbahaya ini.

"Karena fenomena derasnya arus pantai merupakan gejala alam biasa dan dapat dijelaskan secara ilmiah," ujarnya.

Ia menjelaskan, salah satu bentuk bahaya pantai yang berupa teluk adalah adanya 'rip current'. 

Tentang 'Rip Current'

photo(Ilustrasi) Penjelasan tentang Rip Current. - (epod.usra.edu)</span

Daryono menerangkan, definisi 'rip current' ialah arus balik yang terkonsentrasi pada sebuah jalur sempit yang memecah zona empasan gelombang hingga melewati batas zona gelombang pecah. 

Ia menuturkan, secara fisis 'rip current' terbentuk jika gelombang laut datang dan menghempas garis pantai yang berbentuk teluk atau cekungan. Adanya banyak pantulan muka gelombang yang mengenai 'busur teluk' akan memunculkan sejumlah arus susur pantai yang bertemu dan memusat di tengah-tengah 'busur teluk'. 

Lanjutnya, arus susur yang saling bertemu di pusat busur teluk ini selanjutnya bergabung menimbulkan sebuah arus balik menuju ke tengah laut yang mengumpul pada suatu jalur arus yang sempit hingga melewati batas zone gelombang pecah. Arus ini bergerak dalam energi sangat kuat dengan kecepatan tinggi. 

"Inilah 'rip current' yang menjadi biang keladi dari sederet daftar korban meninggal dan orang hilang terseret arus di pantai sejak zaman dahulu," tegasnya.

Ia memaparkan, ada beberapa hal penting untuk diketahui agar dapat memahami karakteristik arus ini. Rip current terdiri atas beberapa bagian arus, seperti arus pengisi, leher arus dan kepala arus. 

Arus pengisi tersusun atas beberapa arus susur pantai hasil pantulan beberapa muka gelombang, kemudian bertemu, mengumpul dan berbelok arah menuju tengah laut. Leher arus merupakan sebuah jalur yang sempit, mengalir sangat deras dan kuat yang juga menuju ke tengah laut. 

Saking kuatnya aliran leher arus ini bahkan mampu mengalahkan terjangan gelombang yang datang. Arus ini meluncur dengan kecepatan tinggi, hingga mencapai kecepatan 80 kilometer/jam. 

"Kepala arus adalah bagian 'rip current' yang arah arusnya mulai melebar karena kekuatannya yang sudah mulai melemah, selanjutnya hilang di terpa gulungan gelombang laut," paparnya.

Ia melanjutkan, karena gerakan 'rip current' ini berlangsung sangat cepat dan singkat, maka orang yang terjebak dan terseret arus ini sangat sulit untuk melepaskan diri hingga seolah terseret ke tengah laut. 

"Inilah sebabnya mengapa arus ini banyak memakan korban jiwa," ungkapnya.

Lanjut kata Daryono, pada beberapa kasus kejadian 'rip current', meskipun air laut tidak terlalu dalam hanya sebatas lutut, seseorang sudah dapat mengalami serangan arus ini. 

Kondisi ini terjadi jika arus susur pantai yang telah bergabung dengan tiba-tiba menyebabkan dasar pasir tempat berpijak tergerus arus hingga habis. Karena pasir tempat berpijak habis terbawa arus, maka orang yang terjebak dalam arus ini merasa seolah-olah dirinya jatuh ke dalam lobang.

"Selanjutnya tenggelam diseret oleh badan arus yang mengalir kuat menuju ke tengah laut," ucapnya.

Mitigasi Bencana 'Rip Current'

photo(Ilustrasi) Tanda bahaya di pantai agar orang mewaspadai bahwa di daerah tersebut sering terjadi fenomena Rip Current. - (theswimguide.org)</span

Daryono mengatakan, musibah Pantai Payangan Jember memberi pelajaran penting bagi semua pihak akan pentingnya mitigasi bencana 'rip current'. 

Ia mengingatkan, lokasi 'rip current' tergantung kepada arah datangnya gelombang laut, maka lokasi-lokasi pantai yang rawan 'rip current' dapat dikenali. Setelah mengenali dan menetapkan lokasi rawan, selanjutnya petugas penyelamat pantai segera menempatkan bendera peringatan larangan mandi di laut disertai pengawasan ketat dan tindakan pencegahan mandi di zona berbahaya. 

Menurutnya, ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka upaya mitigasi 'rip current'. Ia menjelaskan, diantaranya yaitu penguatan pengetahuan mengenai bahaya arus ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada Tim SAR, petugas penyelamat pantai, pengelola wisata, pedagang dan masyarakat setempat. 

"Dengan memahami karakteristik dan bahaya 'rip current', semua pihak diharapkan ikut berperan aktif dalam upaya mitigasi bencana arus laut ini," ujarnya.

Ia menambahkan, di samping perlunya peningkatan fasilitas penyelamatan pantai, secara berkala perlu dilakukan pelatihan khusus teknik-teknik penyelamatan korban 'rip current' bagi para petugas penyelamat pantai dan Tim SAR. 

Menurut Daryono, hal ini penting karena mereka adalah barisan terdepan yang bertugas melakukan usaha penyelamatan dan pencarian korban, sehingga wajib bagi mereka memahami seluk beluk bahaya arus ini secara lebih mendalam.

Masih kata Daryono, perlu adanya sosialisasi singkat bahaya arus 'rip current' kepada setiap rombongan masyarakat atau wisatawan yang baru datang dan akan 'mandi' di pantai. 

"Terobosan sosialisasi ini tampaknya akan sangat efektif jika dilakukan mengingat kebanyakan para korban arus ini adalah para wisatawan dari luar daerah yang sangat awam mengenai kondisi pantai setempat," pungkasnya.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkini
Sukabumi Memilih22 November 2024, 20:39 WIB

Puji Penampilan Asep Japar-Andreas Di Debat Terakhir: Ojang: Mumpuni Bervisi Jelas

Juru Kampanye Tim Pemenangan Pasangan nomor urut 2, Ojang Apandi, mengungkapkan rasa syukur atas kelancaran pelaksanaan debat yang diatur oleh KPU Kabupaten Sukabumi dan pihak terkait.
Asep Japar-Andreas: Kolaborasi Nyata untuk Sukabumi Maju dan Berkah! Dengan semangat kerja bersama, mereka hadir membawa komitmen nyata untuk pembangunan yang pro-rakyat. Siap mendukung? (Sumber : Youtube/@kpukab.sukabumi)
Sukabumi Memilih22 November 2024, 20:03 WIB

Ketua KPU Sukabumi: Terima Kasih Polres Bandung

Debat Publik Pilkada Kabupaten Sukabumi antara paslon 01, Iyos Somantri - Zainul dan paslon 02 Asep Japar - Andreas digelar hari ini Jumat (22/11/2024), bertempat di Hotel Sutan Raja, Soreang, Kabupaten Bandung
Kasmin Belle, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sukabumi | Foto : Capture video Youtube
Jawa Barat22 November 2024, 19:14 WIB

Muhammad Jaenudin Sosialisasi Perda Perlindungan Anak di Kalaparea Sukabumi

Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Muhammad Jaenudin, menggelar sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Anggota DPRD Jabar, Muhammad Jaenudin, sosialisasikan Perda Penyelenggaraan Perlindungan Anak. di Kalaparea Sukabumi | Foto : Tim Asistensi M. Jaenudin
Bola22 November 2024, 19:00 WIB

Link Live Streaming Persib Bandung vs Borneo FC: Pangeran Biru Incar 3 Poin!

Persib Bandung vs Borneo FC akan disiarkan secara langsung melalui siaran televisi dan layanan live streaming.
Ilustrasi - Bagi kamu yang ingin menyaksikan pertandingan Liga 1 2023/2024 antara Persib Bandung vs Borneo FC berikut kami sediakan layanan live streamingnya. (Sumber : Instagram/@std.sijalakharupat/Ist)
Sukabumi22 November 2024, 18:44 WIB

Sungai Meluap, Banjir Langganan Terjang Cidolog Sukabumi

Hujan deras dengan intensitas tinggi pada Jumat sore (22/11/2024), memicu aliran Sungai Cidolog meluap, mengakibatkan jalan ruas Cidolog-Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, terendam banjir.
Jalan Cidolog-Tegalbulued Sukabumi terendam banjir | Foto : Ragil Gilang
Sukabumi22 November 2024, 18:30 WIB

Duku Tumbang Dievakuasi, Kondisi Rumah Warga Nagrak Sukabumi Usai Tertimpa Pohon

Reruntuhan pohon duku yang menimpa rumah milik Santibi di Kampung Pasir Huni RT 06 RW 01, Desa Pawenang, Kecamatan Nagrak akhirnya berhasil dievakuasi, Jumat (22/11/2024)
P2BK bersama tim gabungan mengevakuasi pohon tumbang yang menimpa rumah Santibi di Nagrak Sukabumi, Jumat (22/11/2024) | Sumber foto : P2BK Nagrak
Food & Travel22 November 2024, 18:30 WIB

Berbalut Legenda Dayang Sumbi, Air Terjun Sanghyang Taraje Garut HTM Cuma Rp10 Ribu!

Curug Sanghyang Taraje Garut dikelilingi oleh hutan hijau yang sejuk dan suasana alam yang tenang.
Curug Sanghyang Taraje adalah sebuah air terjun yang terletak di Kampung Kombongan, Desa Pakenjeng, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Foto: IG/smiling.westjava
Life22 November 2024, 18:00 WIB

Amalkan Doa Imam Al-Ghazali Saat Menghadapi Masalah Hidup

Doa dari Imam Al-Ghazali ini dianjurkan diamalkan saat sedang dirundung maslaah kehidupan.
Ilustrasi - Doa ini dibaca saat sedang dirundung masalah kehidupan (Sumber : Pexels.com/@Pavel Danilyuk)
Sukabumi Memilih22 November 2024, 17:49 WIB

Iyos-Zainul Janji Hilangkan Pungli Tenaga Kerja di Sukabumi

Debat kedua Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi 2024 yang digelar di Hotel Sultan Raja, Bandung, Jumat (22/11/2024), berlangsung meriah. Pendukung dari masing-masing pasangan calon memadati area sekitar hotel
Iyos-Zaenul janji hilangkan pungli tenaga kerja di Kabupaten Sukabumi (Sumber : Youtube/@kpukab.sukabumi)
Sukabumi Memilih22 November 2024, 17:36 WIB

Serentak di 7 Kecamatan! Jalan Sehat SERASI Sukabumi Ngahiji untuk Fahmi-Dida

Kegiatan ini dapat dihadiri secara gratis dan menyediakan hadiah utama umrah.
Informasi kegiatan Jalan Sehat SERASI Sukabumi Ngahiji pada Sabtu, 23 November 2024. | Foto: Tim Fahmi-Dida