SUKABUMIUPDATE.com - Sebanyak 40 satelit Starlink milik SpaceX hancur di atmosfer dan akan 'terjun' kembali ke Bumi akibat Badai Matahari.
Melansir dari suara.com, pekan lalu tepatnya hari Kamis (3/2/2022), SpaceX meluncurkan 40 satelit Starlink menggunakan Falcon 9 dari Kennedy Space Center, Amerika Serikat sebagai agenda rutin perusahaan penerbangan luar angkasa milik Elon Musk tersebut.
Saat roket Falcon 9 meluncur menuju luar angkasa dan melepaskan satelit Starlink di orbit Bumi, fenomena alam Badai Matahari terjadi.
Badai Matahari terjadi ketika Matahari mengeluarkan partikel angin lalu bergesekan dengan atmosfer Bumi yang memiliki fungsi sebagai pelindung.
Partikel tersebut mengacaukan medan magnet Bumi dan mengganggu satelit Starlink, meningkatkan hambatan dan mengacaukan orbitnya.
"Itulah yang terjadi pada 40 satelit Starlink setelah ditempatkan ke orbit yang diinginkan," kata SpaceX, seperti dikutip dari CNET, Kamis (10/2/2022).
Baca Juga :
Ketika Badai Matahari menghantam Bumi, terjadi peningkatan hambatan atmosfer pada kumpulan satelit. SpaceX dengan cepat menempatkan satelit ke mode aman dan menerbangkannya ke 'tepi' untuk meminimalkan masalah serta berlindung dari badai tersebut.
Tapi analisis SpaceX menunjukkan, satelit tidak dapat keluar (selamat) dari mode aman dan gagal menaikkan orbitnya.
SpaceX mengatakan, satelit akan kembali memasuki atmosfer Bumi pada Selasa (15/2/2022) mendatang. Ketika satelit bertabrakan dengan atmosfer Bumi, komponen satelit sudah dirancang untuk terbakar seluruhnya sehingga tidak ada puing-puing satelit yang akan mencapai permukaan Bumi.
SpaceX mengklaim, satelit-satelit tersebut tidak akan menimbulkan risiko bagi satelit lain.
Pro dan Kontra Satelit Starlink SpaceX
Sebelumnya, para astronom telah lama khawatir tentang peningkatan jumlah satelit Starlink yang diluncurkan ke orbit Bumi. Menurut mereka (astronom), banyaknya satelit yang dikirim SpaceX ke orbit akan membuat pengamatan langit menjadi kacau.
Pada 2 Februari 2022 lalu, Persatuan Astronomi Internasional mengumumkan pembentukan badan baru, yaitu Centre for the Protection of the Dark and Quiet Sky. Badan tersebut akan fokus membahas dampak negatif dari konstelasi banyaknya satelit yang berterbangan di orbit Bumi.
Diketahui, sampai dengan saat ini SpaceX telah meluncurkan lebih dari 2.000 satelit Starlink sejak 2018 sebagai upaya untuk menghadirkan internet satelit berkecepatan tinggi ke seluruh penjuru dunia, khususnya di wilayah dengan akses internet terbatas.
Sumber: suara.com