SUKABUMIUPDATE.com - Nuklir disebut sebagai cara untuk menghindari Bumi dari tabrakan asteroid, seperti yang diungkapkan oleh para ilmuwan dari University of California.
Melansir suara.com, tim ilmuwan tersebut membuat hipotesis pemodelan bahwa manusia hanya memiliki waktu setengah tahun sebelum Bumi bertabrakan dengan asteroid berukuran 10 km.
Para ahli menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk bertahan hidup adalah dengan membuat senjata nuklir.
Baca Juga :
Alasan ditulis penelitian ini adalah untuk bertanya, bisakah seseorang mencegah bencana alam ini.
“Nuklir adalah salah satu usaha serius untuk melihat kemampuan umat manusia dalam mencegah tabrakan asteroid pada pada zaman dinosaurus 65 juta tahun lalu,” ujar Philip Lubin, profesor fisika University of California.
Dalam studi yang diterbitkan minggu lalu di database Arxiv, Lubin dan timnya pertama-tama menganalisis dampak tabrakan semacam itu di Bumi.
Dengan asteroid sebesar 10 km, batuan antariksa itu kemungkinan akan memusnahkan hampir semua kehidupan di Bumi dan menyebabkan suhu atmosfer meningkat hingga 300 derajat Celcius.
Mengingat skala waktu beberapa tahun, metode yang diajukan NASA sebelumnya untuk mencegah bencana seperti itu adalah menggunakan pesawat luar angkasa untuk membelokkan objek yang masuk ke Bumi.
Namun, Lubin menganggap mustahil untuk mengalihkan batu berukuran raksasa dengan kurun waktu hanya beberapa bulan.
Analisisnya menunjukkan bahwa satu-satunya pilihan yang layak dalam skenario itu adalah menggunakan serangan nuklir.
“Senjata nuklir saat ini ditujukan untuk mengancam suatu negara, namun senjata nuklir juga dapat digunakan untuk menghindarkan Bumi dari tabrakan asteroid,” tambah Lubin, dikutip dari suara.com
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada potensi untuk menghancurkan asteroid dengan seribu "penetrator" berbentuk lembing yang dimuat dengan hulu ledak nuklir. Jumlah tersebut kurang dari 10 persen dari persenjataan dunia saat ini.
Senjata tersebut dapat diluncurkan dengan salah satu dari dua roket luar angkasa, yang saat ini sedang dikembangkan, yaitu Starship milik SpaceX dan Space Launch System (SLS) NASA.
Ledakan yang dihasilkan nantinya akan mengupas lapisan batuan luar angkasa seperti bawang. Kemudian memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Meski begitu, Lubin mengaku upaya ini akan menimbulkan dampak lain. Ledakan akan menciptakan puing-puing radioaktif yang kemudian akan menghujani Bumi.
“Upaya ini tidaklah begitu baik, namun adalah cara yang lebih baik untuk menghindarkan Bumi dari kehancuran,” tutup Lubin.
Peristiwa kepunahan besar terakhir di Bumi disebabkan oleh asteroid yang memusnahkan dinosaurus. Batuan itu diyakini berdiameter 12 km dan melenyapkan hampir 80 persen kehidupan di Bumi.
Sejak saat itu, Bumi telah dihantam oleh beberapa batuan antariksa lainnya yang lebih kecil namun tetap cukup berbahaya, termasuk meteor Chelyabinsk.
Chelyabinsk hanya memiliki lebar 20 meter, namun batu luar angkasa tersebut melukai 1.000 orang dan menghancurkan jendela 7.000 bangunan ketika jatuh di Rusia pada 2013.
Lubin mengatakan bahwa mengingat frekuensi Bumi dihantam oleh batuan luar angkasa, umat manusia memerlukan strategi yang baik untuk menghadapi apa pun yang mengarah ke Bumi.
Sumber: suara.com