SUKABUMIUPDATE.com - Deterjen Cair merupakan pergeseran zaman ke era produk yang mendorong industri untuk menciptakan deterjen yang lebih ramah lingkungan.
Produksi Deterjen Cair yang lebih ramah lingkungan dijadikan gerakan yang mampu menciptakan solusi dari masalah terkait kerusakan lingkungan, termasuk pada habitat air.
Baca Juga :
Detergen yang terdapat di pasaran pada umumnya merupakan detergen dengan formulasi penggunaan LAS (Linier Alkylbenzen Sulfonat) yang berasal dari petroleum sebagai surfaktan.
Namun terdapat berbagai masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan surfaktan LAS tersebut, salah satunya adalah terkait dengan daya biodegradasi dari surfaktan itu sendiri.
Diketahui bahwa surfaktan LAS selama penggunaanya mengalami kesulitan dalam proses degradasi oleh bakteri dalam air.
Sehingga limbah deterjen dalam air terakumulasi dan menjadi sumber pencemaran dalam air. Kondisi tersebut lah yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan terutama kerusakan pada habitat air.
Penyelesaian terhadap limbah deterjen dalam air yang terakumulasi dan menjadi sumber pencemaran dalam air, dapat diatasi dengan menggunakan surfaktan yang berbahan baku oleokimia.
Salah satu contohnya adalah surfaktan yang berbahan baku oleokimia seperti Metil Ester Sulfonat (MES) untuk formulasi deterjen yang digunakan.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa deterjen MES memiliki berbagai keunggulan bila dibandingkan dengan surfaktan LAS, terutama penelitian mengenai daya biodegradasi dari beberapa surfaktan terutama surfaktan LAS dan MES.
Menurut Watkins (2001) laju biodegradasi MES lebih baik dibandingkan dengan LAS. Proses degradasi MES berlangsung cepat dalam tahap awal dan dapat didegradasi hingga 60% dalam lima hari.
Sedangkan surfaktan LAS yang mengandung rantai lebih pendek, sehingga tidak dapat didegradasi lebih cepat dibandingkan dengan MES akibat adanya rantai karbon aromatik. (Yamane dan Miyaki, 1990).
Daftar Isi
A. Formulasi Umum Deterjen Cair
Deterjen diformulasikan untuk membersihkan suatu bahan tertentu yang mengandung substrat kotoran.
Sebagai informasi, semua jenis deterjen mengandung komponen-komponen yang sama seperti surfaktan, builder, filler dan specific additives.
Bahan tambahan meliputi enzim, anti redeposition agent, optical brightener, pewarna dan parfume (Porter, 1997).
Bahan tambahan tersebut ditambahkan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan kebersihan serta memberikan fungsi tampilan yang diinginkan.
Berikut ini adalah detail formulasi umum deterjen cair:
1. Surfaktan
Surfaktan merupakan senyawa aktif penurun tegangan permukaan. Tegangan permukaan merupakan gaya tarik menarik antar molekul dalam sebuah larutan.
Setiap molekul dalam jumlah besar saling berikatan dengan molekul-molekul yang berada di dekatnya dengan kekuatan tarik yang sama besar, sehingga menimbulkan suatu lapisan yang memisahkan antara larutan dengan udara.
2. Builder
Komponen penting kedua penyusun deterjen adalah builder. Fungsi builder dalam deterjen adalah meningkatkan efisiensi kinerja surfaktan dengan cara menurunkan efek kesadahan air dengan cara mengkelat ion-ion penyebab kesadahan air
3. Filler
Filler berfungsi untuk pengisi bahan campuran utama atau bahan baku berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume sehingga kemasannya lebih ekonomis.
4. Enzim
Enzim pada produk deterjen biasa digunakan untuk meningkatkan kemampuan deterjen dalam melepaskan kotoran dan menjaga warna kain.
Menurut Kharkwal (2015), beberapa enzim yang digunakan dalam deterjen memiliki target yang berbeda untuk membersihkan kotoran dalam proses pencucian, yaitu protease (mendegradasi kotoran yang berasal dari protein), amilase (mendegradasi kotoran dari karbohidrat / pati), selulase (melepaskan kotoran dari serat kapas), serta lipase (mendegradasi kotoran yang berasal dari lemak).
Enzim yang digunakan dalam deterjen harus tahan terhadap sifat-sifat komponen deterjen, aktif pada PH 7 – 10 (alkali) dan suhu yang beragam (40 – 65°C).
B. Pemutih (Bleaching Agent)
Bahan yang satu ini berfungsi sebagai penghilang noda yang membandel pada pakaian.
1. Zat anti-redeposisi
Zat anti-redeposisi berfungsi untuk mempertahankan kotoran yang tersuspensi dalam air cucian setelah penghilangan kotoran, sehingga tidak kembali menempel pada kain.
Bahan yang digunakan untuk anti redeposisi adalah CMC (Carboxymethyl Cellulose).
2. Pewangi dan pewarna
Bahan pewangi ataupun pewarna sering ditambahkan dalam deterjen untuk menarik perhatian konsumen.
Pewangi memberikan persepsi kebersihan dan bau yang menyenangkan selama pencucian kain.
Dalam upaya menciptakan limbah rumah tangga yang ramah lingkungan, tentunya kita bisa mencoba dengan membuat sendiri Deterjen Cair di rumah.
C. Cara Pembuatan Deterjen Cair Ramah Lingkungan
1. Langkah Pertama: Masukkan MES sebagai surfaktan sebanyak 100 gram ke dalam wadah plastik.
2. Langkah Kedua: Tambahkan air panas sebanyak 600 ml lalu aduk hingga seluruh MES larut sempurna.
3. Langkah Ketiga: Tambahkan 10 gram STPP yang digunakan sebagai builder dalam deterjen cair yang akan dibuat ke dalam larutan MES yang sudah dihasilkan sebelumnya, larutan yang dihasilkan tersebut adalah larutan pertama.
4. Langkah Keempat: Siapkan wadah lain yang akan digunakan untuk membuat larutan kedua, yang mana terdiri dari 70 gram Na2SO4 yang digunakan sebagai zat pengisi dengan pelarut air sebanyak satu liter.
5. Langkah Kelima: Campurkan larutan pertama kedalam larutan kedua dan aduk hingga kedua larutan tersebut tercampur merata.
6. Langkah Keenam: Tahap akhir dalam pembuatan detergen ini adalah penambahan beberapa zat tambahan seperti parfum dan pewarna yang ditambahkan sesuai selera untuk meningkatkan daya tarik dari detergen yang akan dihasilkan dan yang terakhir adalah penambahan zat pengental dan foam boster yakni dengan menambahkan 10 ml aminon ke dalam detergen yang sudah dibuat.
7. Langkah Terakhir: Tuangkan deterjen ke dalam suatu wadah penyimpanan. Detergen siap untuk digunakan.
D. Hal Penting yang Perlu diperhatikan Pembuatan Deterjen Cair
1. Penggunaan pelarut air yang digunakan untuk melarutkan surfaktan MES direkomendasikan merupakan air dengan suhu yang sangat tinggi, agar dapat meningkatkan kelarutan dari surfaktan MES, sehingga proses pelarutan dapat berjalan dengan lebih cepat.
2. Dalam proses pembuatan deterjen cair diperlukan penggunaan pelindung seperti masker dan sarung tangan, mengingat bahwa bahan bahan yang digunakan memiliki sifat iritan terhadap kulit dan saluran pernapasan.
Informasi tambahan mengenai spesifikasi bahan-bahan yang digunakan dapat dilihat dalam link berikut ini:
- www.cdhfinechemical.com
- www.chemical.kao.com
- www.merckmillipore.com
- www.merckmillipore.com
- www.pg.com
- www.sciencelab.com
- www.stepan.com