SUKABUMIUPDATE.com - Peristiwa burung pipit mati massal terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Sukabumi, Cirebon, dan Bali. Dua peristiwa di antaranya mencakup populasi cukup besar yang berguguran dari pohon tempat burung-burung itu singgah pada malam sebelumnya.
Profesor di Fakultas Kedokteran Hewan, IPB University, I Wayan Teguh Wibawan menyebut kematian mendadak dan bersamaan burung-burung bertubuh dan patuk kecil itu sebagai fenomena sudden death. Menurutnya, ada beberapa kemungkinan penyebab keajdian ini.
Selain stres dan keracunan seperti yang disebut beberapa kalangan sebelumnya, Wayan memunculkan kemungkinan penyebab lain yakni hipoksia atau kekurangan kadar oksigen dalam darah. "Ada beberapa penyebabnya, salah satunya adalah hipoksia karena burung pipit itu kan jenis burung yang bergerombol di mana pun mereka berada," kata Wayan, Rabu 15 September 2021.
Wayan menunjuk kemungkinan perubahan cuaca sebagai pemicu. Burung pipit disebutnya jenis unggas yang biasa hidup di cuaca hangat. "Ini bisa juga karena kedinginan, terus mereka berjubel satu sama lain dan dalam kondisi seperti itu hipoksia atau kekurangan oksigen bisa saja terjadi."
Seperti yang terjadi di Gianyar, Bali pada Jumat pekan lalu dan viral di media sosial. Wayan menerangkan, kematian massal burung pipit ditemukan di antara dua pohon asam. "Kemungkinan bisa saja, burung itu berebut oksigen antar habitatnya juga dengan pohon yang mereka hinggapi untuk oksigennya," ucap dia.
Baca Juga :
Faktor kelelahan juga diperhitungkannya. Secara teoritis, Wayan menjelaskan bisa saja kawanan burung itu mengalami fenomena sudden death karena kelelahan dan stres. Saat di satu daerah mengalami cuaca dingin maka burung-burung itu melakukan migrasi yang jauh mencari tempat-tempat yang hangat sesuai habitat mereka.
Setelah melakukan perjalanan atau penerbangan jauh, burung-burung itu satu atau dua di antaranya kelelahan dan mati. Sebab kematian itu, membuat stres kawanan burung pipit lainnya. "Itu secara teoritis ya," katanya sambil menambahkan koleganya di Balai Veteriner Denpasar, Bali, sedang melakukan pemeriksaan penyebab pasti fenomena itu. "Kita tunggu hasilnya nanti apa," kata Wayan.
Sebelumnya, misteri burung pipit mati massal di Sukabumi mulai terungkap. Lokasinya di Kampung Cibeureum, Desa/Kecamatan Sukaraja dan berlangsung selama beberapa hari. Saat itu, ditemukan warga setempat dan divideokan oleh Ahmad Yuda Ardiansyah (30 tahun) yang kemudian viral di media sosial.
Ahmad bercerita pada Kamis, 29 Juli 2021 sekira pukul 06.00 WIB, ia memperbaiki saluran air ke kolam yang tersumbat karena sampah. Lokasinya di belakang rumah kontrakan neneknya. "Tiba-tiba banyak anak kecil yang memberi tahu bahwa mereka menemukan banyak burung pipit yang mati. Awalnya biasa saja tetapi istri bilang banyak, saya baru melihat dan langsung ngambil videonya," jelasnya ketika itu.
Video itu kemudian dibagikan netizen di sejumlah grup media sosial, termasuk diunggah channel YouTube Ganesha Adventure. "Saat itu yang saya temukan ada 13 bangkai burung pipit tergeletak di tangga belakang rumah kami," ungkap Ahmad.
Setelah viral, warga kemudian banyak yang melaporkan temuan burung pipit mati di lingkungan tersebut sudah mulai terjadi pada Selasa, 27 Juli 2021. Saat itu warga yang mengontrak di sana melihat ada lima ekor burung pipit yang mati. "Masih kami temukan burung pipit yang mati di sekitar rumah dan kontrakan. Jadi totalnya kurang lebih ada 20 ekor," lanjutnya, 30 Juli 2021.
SUMBER: TEMPO