SUKABUMIUPDATE.com - Sebagai indikasi keseriusan membawa wanita dan orang kulit berwarna pertama ke Bulan, Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA, akan mengontrak perusahaan SpaceX milik Elon Musk untuk membangun sebuah pangkalan pesawat luar angkasa berdasarkan konsep Starship.
"NASA memilih SpaceX untuk melanjutkan pengembangan pendarat manusia komersial pertama yang akan membawa dua astronot AS ke Bulan," Dilansir dari keterangan pers NASA.
Menurut NASA, satu dari dua astronot akan membuat sejarah sebagai wanita pertama yang menginjakkan kaki di Bulan. Tujuan lain program Artemis, lanjut NASA, adalah mendaratkan manusia pertama kulit berwarna ke Bulan.
Nilai kontrak berbasis milestone yang diberikan NASA kepada SpaceX adalah 2,98 miliar dolar USD atau sekira Rp 43,3 triliun.
Pernyataan NASA mengacu pada SpaceX HLS Starship, sebuah wahana antariksa yang dirancang untuk mendarat di Bulan dan dimaksudkan menjadi sistem peluncur dan pendaratan yang sepenuhnya dapat digunakan kembali untuk perjalanan ke Bulan, Mars dan tujuan lain dalam mengeksplorasi luar angkasa.
Dikembangkan sejak tahun 2016, Starship telah menjalani pengujian intensif akhir-akhir ini.
Di sisi lain, SpaceX telah sukses meluncurkan roket pendorong Falcon-9 dalam waktu tiga tiga tahun dan menciptakan pesawat ruang angkasa yang mampu membawa astronot ke orbit.
Peluncuran Crew Dragon ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menandai akhir ketergantungan NASA pada pesawat ruang angkasa Rusia yang sejak tahun 2011.
Tantangan utama Elon Musk adalah membuat Starship dapat berinteraksi dengan pesawat ruang angkasa Orion, yang ingin digunakan NASA untuk perjalanan ke orbit Bulan.
Orion adalah hasil kolaborasi Lockheed Martin dan Airbus Defense and Space.
Disamping itu, misi Artemis yang berambisi akan membangun sebuah pangkalan luar angkasa di Bulan, direncanakan dapat membawa empat awak, dua di antaranya akan menghabiskan sepekan menjelajahi permukaan Bulan.
Semula, seperti diimpikan Presiden Donald Trump pada tahun 2017 silam, program Artemis diharapkan dapat mendaratkan manusia di Bulan tahun 2024. Namun program Artemis berjalan lambat karena kurangnya dana dari Kongres.
Sambil menjaga agar program dapat berjalan hingga tingkat pendanaan, pemerintahan Presiden Joe Biden akan menempatkan prioritas lebih besar terhadap misi ini.
Kontrak besar berikutnya pada program Artemis adalah penggunaan Gateway, stasiun orbit bulan yang memberi dukungan untuk misi di masa depan dan akan menjadi titik awal eksplorasi ruang angkasa, seperti mengirim manusia ke planet Mars.