SUKABUMIUPDATE.com - iSpace, sebuah perusahaan robotika asal Jepang yang akan membantu Uni Emirat Arab (UEA) membangun kendaraan robot penjelajah Bulan pada tahun 2024 mendatang.
Kendaraan robot ini sedang dibuat oleh tim insinyur dan ilmuwan di Mohammed bin Rashid Space Center (MBRSC) di Dubai. Rencananya, iSpace akan membawa kendaraan itu dengan roket SpaceX Falcon 9. Roket akan diluncurkan dari Florida, Amerika Serikat dengan tujuan mengeksplorasi area bulan yang belum pernah terjamah.
Adnan Al-Rais, manajer program MBRSC Mars 2117 mengatakan, iSpace akan memberikan dukungan teknologi yang memungkinkan kemudahan komunikasi dari Bumi ke Bulan. Perusahaan rintisan Jepang itu akan memasok sejumlah teknisi yang juga akan ikut menjelajah di permukaan Bulan.
Mimpi Membangun Stasiun Luar Angkasa di Bulan
Sejauh ini hanya tiga negara yakni Amerika Serikat, Rusia dan China, yang baru berhasil mendaratkan pesawat luar angkasanya di Bulan. UEA sendiri baru berencana mengirim penjelajah ke Bulan pada tahun 2024. Namun, menurut Al-Rais, bisa saja misi ini dilaksanakan lebih cepat jika melihat peluang bermitra dengan iSpace saat ini.
Misi UEA adalah mempelajari lebih lanjut tentang debu dan tanah di Bulan, serta melakukan berbagai percobaan benda tanpa udara atau objek luar angkasa yang tidak memiliki atmosfer.
Al-Rais menuturkan, salah satu eksperimen yang dilakukan di Bulan akan memungkinkan mereka untuk menciptakan pakaian luar angkasa yang super canggih serta impian membangun stasiun luar angkasa di Bulan kedepannya.
Robot yang sedang dibangun itu diberi nama Rashid. Berat kendaraan robot tersebut diperkirakan 22 pon atau 9,9 kilogram. Nama Rashid untuk kendaraan robot itu mengacu pada mantan pengusaha Dubai, Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum.
Selama di Bulan, Rashid akan mengambil sejumlah gambar dengan menggunakan kamera beresolusi tinggi, kamera mikroskopis dan kamera pencitraan termal. Gambar-gambar dan data yang diperoleh nantinya akan dikirim ke Bumi.
Salah satu tantangan yang akan dihadapi Rashid adalah bagaimana caranya kendaraan robot itu mampu mengatasi lingkungan ekstrim di Bulan. Suhu di Bulan diketahui bisa mencapai minus 200 derajat celcius. Pada suhu tersebut, sejumlah perangkat elektronik dipastikan tidak akan mampu bertahan lama jika tidak dilakukan revisi teknologi yang dapat menjawab permasalahan tersebut.
Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA, juga sedang mempersiapkan mengirim VIPER, sebuah robot penjelajah bernilai 250 juta USD atau sekira Rp 3,6 triliun ke wilayah Kutub Selatan di Bulan pada tahun 2023 mendatang. Inggris, Rusia, dan Jepang juga sudah merencanakan misi ke Bulan.
Sedangkan iSpace mempunyai visi yang berbeda, yaitu membangun pemukiman manusia di Bulan pada tahun 2040. Sebagai langkah awal, mereka akan berusaha mencari atau menciptakan sumber air di Bulan.
Membangun Pemukiman Manusia di Planet Mars
Sebenarnya, misi Bulan UEA ini hanyalah bagian kecil dari rencana yang lebih besar, yaitu mereka akan pergi ke planet Mars pada tahun 2117 dengan tujuan membangun pemukiman manusia di sana. Sejumlah ilmuwan berpendapat, misi Bulan yang dilakukan UEA ini bisa menjadi pondasi dan simulasi menuju proyek yang lebih besar di masa mendatang.
Tahun lalu, UEA baru saja meluncurkan proyek Hope Probe, sebuah misi terbang ke planet Mars. Pada Februari 2020, wahana itu berhasil mencapai Planet Merah dan memasuki orbit pada upaya pertamanya.
"Bulan adalah pintu gerbang ke Mars. Mars 2117 adalah visi jangka panjang kami untuk membangun permukiman di Mars," ujar Al-Rais.
Untuk mewujudkan semua itu, Al-Rais berkata, UEA akan berfokus pada pengembangan ilmu dan teknologi luar angkasa.
"Kami akan menggunakan Bulan untuk menguji teknologi itu," pungkasnya.