SUKABUMIUPDATE.com - Masih ingat Raka, Riki, Riko, bayi kembar tiga dari pasangan Fernando (34 tahun) dan Puti Ayu (23 tahun) warga Cisolok Kabupaten Sukabumi yang lahir 2 Februari 2021 silam. Ternyata peneliti menemukan fakta bahwa trend kelahiran bayi kembar di dunia memang meningkat dari masa sebelumnya.
Penelitian menyebut berkembangnya penggunaan teknologi in vitro fertilization (IVF) dan lebih banyak orang lebih lambat berkeluarga diduga sebagai faktor terbesar penyebabnya. Tingkat kelahiran bayi kembar kini terhitung yang tertinggi.
Menyalin tempo.co, berdasarkan penelitian yang dilakukan tim peneliti di University of Oxford, Inggris, laju kelahiran bayi kembar global telah meningkat sepertiga sejak 1980-an. Angkanya naik dari 9,1 menjadi 12 per 1000 kelahiran, atau saat ini tercatat ada 1,6 juta kelahiran bayi kembar di dunia setiap tahunnya.
Tim peneliti yang dipimpin Christiaan Monden mendapatkannya setelah mengumpulkan data yang ada dari 165 negara dari periode 1980 sampai 2015. "Tingkat kelahiran bayi kembar ini lebih tinggi daripada 50 tahun sebelumnya," kata Monden mengutip hasil studi yang telah dipublikasikan di Jurnal Human Reproduction pada 12 Maret 2021 tersebut.
Dia menambahkan, "Angka yang sekarang sepertinya yang tertinggi selama ini."
Bayi-bayi kembar juga mereka dapati kini cenderung lebih bisa bertahan berkat kemajuan medis. Kebanyakan dari peningkatan berasal dari kembar non identik yang berkembang dari sel telur dan sperma yang terpisah (IVF). Sedang tingkat kembar identik, embrio yang membelah dua di hari-hari pertama setelah fertilisasi, tetap.
Penggunaan terapi-terapi kesuburan, Monden menduga, menjadi faktor terbesar dibalik berkembangnya kelahiran bayi kembar di negara-negara dengan pendapatan tinggi dan menengah. Para perempuan juga disebutnya kemungkinan mengasup hormon-hormon untuk stimulasi produksi sel telur, yang bisa membuat mereka bisa melepas dua sel telur sekali produksi.
Di sisi klinik IVF, mereka kini mampu mentransfer dua, tiga, atau lebih embrio ke dalam rahim secara simultan untuk menambah peluang satu yang bakal bertahan. Itu semua bisa menuntun kepada kehamilan bayi kembar, kembar tiga, atau bahkan lebih lagi.
Seperti diketahui, bayi-bayi dalam kehamilan seperti itu memiliki risiko kesehatan lebih besar seperti lahir prematur dan kurang berat badan. Itu sebabnya regulator, seperti di Inggris, menetapkan aturan kepada klinik-klinik kesuburan mentransfer hanya satu embrio di setiap percobaan siklus kehamilan. "Ini bisa membuat laju kelahiran bayi kembar akan tertahan dan turun lagi," kata Monden.
Faktor lain yang dianggap berkontribusi terhadap naiknya jumlah kelahiran bayi kembar sepanjang tiga dekade terakhir adalah para perempuan lebih terlambat memiliki anak. Ini teramati Monden dkk di negara-negara berpenghasilan tinggi dan sedang. Padahal, mereka mencatat, perempuan berusia lebih tua memiliki kecenderungan lebih tinggi merilis dua sel telur pada satu waktu.
SUMBER: TEMPO.CO