SUKABUMIUPDATE.com - Desa Gunung Sungging di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi Jawa Barat disebut peneliti geologi dan paleontologi sebagai playground atau tempat bermainnya megalodon atau hiu purba. Surade jutaan tahun lalu adalah lautan, dan termasuk laut dalam sehingga menjadi lokasi favorit megalodon berburu mangsa, salah satunya menyergap jalur migrasi ikan paus.
Julukan ini diberikan oleh peneliti Museum Geologi, Unggul Prasetyo Wibowo saat memberikan materi edukasi tentang fosil gigi megalodon di Desa Gunung Sungging, Senin kemarin 15 Februari 2021. Unggul melihat langsung banyak fosil hewan laut purba di Kampung Cigulingan Desa Gunung Sungging.
"Karena banyaknya fosil gigi megalodon ditemukan di kawasan ini. Dipastikan wilayah Gunung Sungging dan sekitarnya ini adalah salah playgroundnya megalodon di jaman itu," ucap Unggul dalam alam collection talk edisi jejak laut purba di Jampang Sukabumi yang disiarkan secara langsung di channel youtube Museum Geologi Bandung.
Playground sekaligus area berburu megalodon. Karena menurut Unggul di lokasi ini juga ditemukan fosil pecahan tengkorak, rahang dan tulang belakang ikan paus. "Ikan paus menjadi salah satu makanan utama megalodon saat itu, karena ukuran megalodon sendiri diperkirakan lebih besar dari paus," sambungnya.
Gigi megalodon yang ditemukan di Surade ini menjadi sangat penting kali memiliki ukuran besar, bahkan terbesar dari banyak temuan fosil serupa di Indonesia. Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Gunung Sungging Nanang menjelaskan titik temuan fosil gigi megalodon atau warga setempat menyebutnya huntu gelap (gigi petir) tersebar di lima kampung.
"Calenggang, Cigintung, Cilutung, Cigulingan dan Curuglubang. Dan pada Maret 2020 silam warga di Cigulingan menemukan gigi megalodon yang ukurannya cukup besar saat membuka petakan sawah," jelas Nanang.
Peneliti Museum Geologi di lokasi temuan fosil gigi megalodon di Desa Gunung Sungging Surade Sukabumi
Pemerintah desa Gunung Sungging sendiri, berhadap ada edukasi yang baik sehingga fosil-fosil ini tidak habis diburu oleh warga untuk diperjualbelikan. "Saya harap kawasan ini bisa dijadikan geosite museum gigi megalodon, warga diedukasi dengan baik sehingga peninggalan sejarah ini bisa bertahan dan dimanfaatkan hingga masa mendatang," pungkasnya.
Dari berbagai sumber, dijelaskan Megalodon adalah hiu raksasa purba yang diperkirakan hidup sekitar 23 hingga 2,6 juta tahun yang lalu pada kala Miosen Awal hingga Pliosen Akhir. Sebelumnya hiu ini tergolong ke dalam famili Lamnidae, yang menyiratkan bahwa hiu ini berkerabat dekat dengan hiu putih (Carcharodon carcharias).
Terkini para ilmuwan sepakat hewan ini termasuk ke dalam famili Otodontidae yang sudah punah, dan famili ini bercabang dari nenek moyang hiu putih pada zaman Kapur Awal. Genusnya sendiri masih diperdebatkan, dan para penulis biasanya menggolongkannya sebagai Carcharocles, Megaselachus, Otodus, atau Procarcharodon.
Peneliti geologi dan paleontologi ITB, Dr Aswan di acara yang sama dan disiarkan secara live oleh Museum Geologi Bandung menyebut, pada kala Pliosen antara 5–1,8 juta tahun yang lalu, daratan atau pesisir selatan Sukabumi berada di bawah permukaan laut dan binatang koral tumbuh subur dengan berbagai binatang laut lainnya.
Hiu-hiu yang aktif di kawasan laut tropika ini menemui mati di laut dangkal Jampang Sukabumi purba. Sejak 1,8 juta tahun yang lalu, secara evolutif pajampangan terangkat kembali, sehingga fosil gigi ikan hiu atau fosil binatang laut lain kini berada di lokasi yang kurang lebih 50 kilometer dari pantai, di daratan rangkaian punggung perbukitan selatan Sukabumi.
Fosil gigi megalodon terawetkan sehingga dapat melewati rentang waktu yang sangat lama. Dinamika luar bumi telah menyebabkan pelapukan dan erosi lapisan bebatuan yang melapisi dan mengawetkan gigi sehingga fosil yang asalnya terselimuti bebatuan sedimen itu kini tersingkap ke permukaan.
Ingat Pesan Ibu: Wajib 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas serta aktivitas di luar rumah). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.