SUKABUMIUPDATE.com - King Cobra (Ophiophagus hannah) ditemukan warga Kampung Sumurpompa RT 01/02 Desa Mandrajaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi pada Selasa (3/11/2020) lalu.
Salah satu ular paling berbisa di dunia itu ditemukan di salah satu kebun milik warga. Bukan hanya berbisa, King Cobra yang kerap memangsa sesamanya itu juga dikenal agresif. Bahkan saat warga Sumurpompa hendak mengusirnya, ular itu menyerang balik.
Hal itu sekaligus mengungkap bahwa ternyata di Sukabumi tak jarang ditemui ular King Cobra. Gery Ramdan Gumelar, dari komunitas Snake Shelter Sukabumi mengatakan, sekitar empat bulan yang lalu, ia dan kawan-kawan dari komunitasnya sempat mengevakuasi ular King Cobra di daerah Pangleseran, Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA: Diusir Malah Balik Menyerang, King Cobra Muncul di Kebun Warga Mandrajaya Sukabumi
"Populasi King Cobra di Sukabumi cukup banyak, karena habitatnya cukup mendukung. Tapi memang sangat jarang ditemukan oleh masyarakat. Di daerah Pangleseran kami sempat melakukan resque ular King Cobra kurang lebih 1,5 meter," kata Gery saat diwawancarai sukabumiupdate.com, Kamis (5/11/2020) melalui sambungan telepon.
"Jadi si ular King Cobra itu bukan berarti menghindar, tapi memang sangat jarang di Sukabumi ada kasus manusia berinteraksi dengan King Cobra di alam liar. Tapi memang kebanyakan yang menemukan ular itu yang kurang begitu paham tentang reptil, khususnya ular," lanjutnya.
Gery menjelaskan, seringkali ia bersama komunitasnya melakukan hunting dan herping, yaitu aktivitas meneliti kebiasaan reptil atau ular di alam liar tanpa mengganggu keseimbangan alam.
BACA JUGA: King Cobra Gunung Kencana Jinak di Tangan Komunitas Dadali Pati Sukalarang
"Kalau King Cobra itu lebih sering bersarang di semak-semak bambu. Sama seperti cobra biasa. Dan memang di perkebunan juga ada. Di rumah juga bisa ada. Kenapa? Karena si ular itu mencari tempat yang lembap," jelasnya.
"Saya beri contoh, misal di rumah barang-barang tak terpakai menumpuk, terus jadi sarang tikus. Tikus itu jadi makanan ular. Nah, jadi si ular masuk ke rumah. Kalau tidak mau ular masuk ke rumah, ya rumah dirapikan. Terus juga supaya ular tidak masuk ke rumah bukan harus ditaburi garam, itu tidak efektif. Harusnya bebauan, seperti belerang, karbol, dan sebagainya. Ular itu bersisik, bukan berlendir," imbuhnya.
Lalu, bagaimana jika kita secara tak sengaja bertemu dengan ular, khususnya ular berbisa seperti ular Gibug atau ular tanah, ular Cobra, ular King Cobra, atau jenis ular berbisa lainnya? Pertama-tama, Gery menyarankan sebaiknya jangan panik.
BACA JUGA: King Cobra dan Weling, Buruan Utama Pawang yang Tewas di Sukabumi
"Kita, ketemu sama ular, kalau kita diam, si ular itu lewat ya tetap lewat. Kalau kita panik, si ular pun pasti panik. Ular itu bisa menangkap reflek gerakan kita. Terus perilaku ular itu, kalau kita lari, si ular pun pasti lari mengikuti gerakan kita. Makanya sering disebut kalau ular itu ngikutin kita, padahal ular cuma mengikuti sensor saja," katanya lagi.
"Mau ngusir juga percuma, karena ular enggak punya indra pendengaran. Khusus untuk ular cobra yang sering menyemburkan bisa sampai dua meter seperti spray, sebaiknya kita mengatur jarak, jangan terlalu dekat. Berbahaya. Kalau ada kayu panjang atau bahasa sundanya gantar, bisa pakai itu saja sampai ularnya pergi. Terus, ular bakal menyerang ketika dia merasa terpojok. Kalau ada ruang buat si ular itu kabur, biarkan saja kabur," tandas Gerry.
Ingat pesan ibu: Wajib 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.