SUKABUMIUPDATE.com – Belum hilang trauma warga pasca gempa magnitudo 5.1 di Kalapanunggal Selasa kemarin, Kamis siang tadi aktivitas tektonik kembali terjadi di 76 kilometer barat daya Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mencatat gempa ini terjadi pukul 13:07:19 WIB dengan lokasi 7.43 LS, 105.99 BT di laut Selatan Sukabumi dengan kedalaman 29 kilometer.
BMKG mencatat gempa ini bagian dari gerombolan atau rentetan gempa lainnya di perairan selatan pulau Jawa yang terjadi hari Kamis ini. Dikutip dari akun info gempa dunia, gempa pertama tercatat pukul 08.03.50 WIB, 85 KM barat daya Kabupaten Pangandaran Jabar dengan kekuatan mag 3.7 kedalam 19 KM.
Dua jam kemudian pukul 10.32.58 WIB gempa berkekuatan mag 3,8 terjadi di laut 86 KM barat daya Pacitan Jatim dengan kedalaman 58 KM. Kemudian pukul 11.46.14 WIB gempa mag 3.3 terjadi di 115 KM barat daya Jember Jatim dengan kedalaman 10 KM.
Gempa keempat terjadi di barat daya Palabuhanratu, pukul 13.07.19 WIB walaupun sebagian besar warga pesisir selatan Sukabumi mengaku tidak merasakan aktivitas tektonik berkekuatan mag 3.7 tersebut. Selanjutnya pukul 14.09.15 WIB gempa kembali terjadi di 91 KM tenggara Cilacap Jateng dengan kedalaman 78 KM dengan kekuatan mag 3.3.
BACA JUGA: Gempa Kalapanunggal Sukabumi, BMKG: Aktivitas Sesar Lokal Terkuat Selama 19 Tahun Terakhir
Dan gempa berkekuatan cukup kuat mag 5.0 terjadi pukul 15:03:17 WIB, denga lokasi 8.99 LS, 110.60 BT, 106 KM barat daya Pacitan dengan kedalaman 15 KM.
Kabid Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono membenarkan jika terjadi rentetan gempa (enam kali) dalam delapan jam terakhir. Ia membenarkan jika penyebab gempa-gempa ini adalah pergerakan lempeng indo-australia dan euro-asia. “Iya benar kang,” pungkasnya.
Dalam akun facebooknya, Daryono menuliskan fenomena ini dengan judul Gempa Subduksi Lembang Guncang Selatan Pulau Jawa. Ia menjelaskan dampak gempa mag 5.0 ini berupa guncangan dirasakan di Pacitan, Ponorogo, Tulungagung, Bantul, Klaten, Wonosari dan Yogyakarta dalam skala intensitas II-III MMI (terasa getaran seakan akan ada truk lewat).
BACA JUGA: Tas Siaga Bencana dan Potensi Gempa Megathrust di Sukabumi, Siapkah Kita?
Sementara itu di Cilacap, Trenggalek, dan Purworejo guncangan dirasakan lemah dalam skala intensitas II MMI (getaran dirasakan dan benda-benda digantung bergoyang). “Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami,” jelasnya.
Daryono menambahkan aktivitas tektonik ini jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. Deformasi batuan terjadi di zona transisi antara Zona Megathrust dan Zona Benioff di selatan Yogyakarta.
DHasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme sesar turun (normal fault). “ Lokasi sumber gempa ini sangat menarik karena sangat dekat dengan sumber gempa dahsyat yang menguncang dan merusak di Pulau Jawa pada 27 September 1937. Saat itu terjadi gempa besar dengan kekuatan M=7,2 dengan dampak gempa mencapai VII-IX hingga menyebabkan 2.200 rumah roboh,” pungkasnya.