SUKABUMIUPDATE.com – Beberapa hari kebelakang video fenomena banjir yang menyebabkan Jalan Nasional Cibadak Kabupaten Sukabumi berubah jadi sungai dadakan berseliweran di media sosial. Ternyata fenomena rutin saat musin penghujan datang ini pernah diteliti oleh mahasiswa Teknik Sipil Universitas Nusa Putra (NPU) Sukabumi, dan hasil kajiannya cukup mencengangkan.
Setiap hujan turun dengan intensitas menengah hingga tinggi dipastikan membuat jalan nasional yang membelah pusat perdagangan di Kecamatan Cibadak ini berubah jadi sungai dangkal. Muncul genangan air setinggi hingga lebih dari 30 centimeter dengan arus cukup kuat, di sekitar area jalan depan stasiun kereta api Cibadak.
Banyak kendaraan, khususnya angkutan kota dan motor yang mogok. Banjir dadakan ini dipastikan menyebabkan arus lalu lintas tersendat (macet) baik dari arah Bogor maupun Sukabumi, karena kendaraan memilih melintasi genangan air itu dengan sangat pelan (hati-hati).
BACA JUGA: Kembali Banjir, Ini Penampakan Jalan Suryakencana Cibadak Sukabumi Jadi Sungai
Ketua Program Studi Teknik Sipil NPU, Paikun M.T coba memberikan gambaran keilmuan tentang fenomena sungai dadakan di jalan raya Cibadak ini setiap terjadi hujan deras. Kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (30/11/2019), Paikun mengawali analisisnya dengan membuka kembali regulasi tengan drainase jalan, yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 tentang persyaratan persyaratan tekni jalan dan kriteria perencanaan teknis jalan.
Khususnya Pasal 22 butir (1), berbunyi saluran tepi jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a merupakan saluran untuk menampung dan mengalirkan air hujan atau air yang ada di permukaan jalan, bahu jalan, dan jalur lainnya serta air dari drainase di bawah muka jalan, di sepanjang koridor jalan.
“Dari peraturan tersebut jelas bahwa drainase jalan itu diperuntukan untuk menampung dan mengalirkan air hujan atau air yang berada di permukaan jaln, bahu jalan serta koridor disepanjang jalan. Jadi pada umumnya drainase yang berada di samping kanan kiri jalan diperhitungkan untuk mengantisipasi adanya air yang berada diatas jalan dan koridor sepanjang jalan. Sekarang kita lihat faktanya, apakah drainase jalan hanya menampung air seperti yang dimaksud didalam peraturan menteri?,” ungkap Paikun.
BACA JUGA: Jalan Utama Cibadak Banjir, Bupati Sukabumi Minta Dishub Tertibkan Angkot Ceper
Faktanya sambung Paikun kita sering mendapati drainase jalan juga terhubung dengan saluran air (drainase) dari area lain. Hal ini hampir terjadi dimana-mana, akibatnya drainase jalan tidak mampu menampung debit air yang masuk ke dalam drainase. Untuk mengantisipasi hal ini harus terintegrasi antara masing-masing dinas terkait, diantaranya Dinas PU (Pekerjaan Umum), Dinas Sumber Daya Air, Dinas Lingkungan Hidup dan lainnya.
Untuk kasus banjir rutin di jalan sekitar pasar Cibadak, menurut Paikun pernah diteliti oleh mahasiswanya, dalam rangka penyusunan skripsi strata satu. Hasil temuannya adalah sistem drainase jalan saat ini sudah tidak bisa memuat kapasitas tampungan run off saat hujan.
Banjir menutupi jalan nasional di Cibadak cukup lama, walaupun hujan sudah reda
“Faktor dimensi saluran sudah tidak bisa menampung kapasitas run off air dan juga akibat banyak penyumbatan sampah di dalam saluran tersebut,” jelas Paikun.
Banjir rutin yang terjadi di dekat gang cristin ini sambung Paikun akibat dari crossing saluran di bawah jalan sudah tidak bisa menampung debit air kiriman run off dari area di hulu saluran tersebut. Tepatnya daerah di atas stasiun kereta api Cibadak.
BACA JUGA: Langganan Banjir Jalan Suryakencana Cibadak Butuh Solusi
Kondisi ini terjadi akibat perubahan tataguna lahan di daerah permukiman di atas stasiun yang semakin padat. Sehingga air hujan yang harusnya bias meresap (infiltrasi) ke dalam tanah, saat ini menjadi air pemukaan tertutup beton atau bangunan.
“Sebagian besar air hujan menjadi run off terkumpul dan bermuara ke kawasan yang lebih rendah, di crossing jalan depan gang cristin Cibadak itu,” sambung dia.
Oleh karena itu perencanaan drainase di sepanjang jalan Cibadak perlu di desain ulang. Menurut Paikun Juga perlu terintegrasi perencanaannya antara masing-masing dinas terkait yang terlibat, serta melibatkan masyarakat sekitar agar tidak terjadi penyumbatan saluran.