SUKABUMIUPDATE.com - Pareidolia, mungkin masih banyak yang asing mendengar kata tersebut. Tapi beberapa orang mungkin pernah melihat benda mati seperti batu, awan, atau permukaan tanah yang seolah-olah menyerupai wajah. Itulah yang disebut pareidolia.
Lalu apa sebenarnya pareidolia itu dan mengapa bisa terjadi?
Melansir dari Tempo.co, menurut laman Fandom, pareidolia merupakan fenomena psikologis stimulus samar dan acak, biasanya berupa gambar atau suara. Misalnya melihat gambar binatang atau wajah di awan, gambar manusia atau kelinci di bulan.
Kata pareidolia berasal dari Bahasa Yunani. Para berarti sesuatu yang salah, bukan. Kata benda eidlon berarti gambar atau bentuk. Pareidolia jenis apofenia, istilah untuk melihat pola yang acak.
Semisal contoh, pelapukan bongkah batu di satu sisi bagian Gunung Pedra da Gávea batu, Rio de Janeiro, Brasil, menimbulkan kesan yang diartikan seperti wajah manusia.
Apa itu pareidolia?
Mengutip Live Science via Tempo.co, ada berbagai teori penyebab fenomena pareidolia. Para ahli mengatakan pareidolia memberikan penentuan psikologis untuk banyak delusi yang melibatkan indra, salah satunya seperti melihat penampakan UFO.
Ahli kosmologi Carl Sagan menjelaskan, pareidolia juga berhubungan cara bertahan hidup. Mengutip dari bukunya The Demon-Haunted World - Science as a Candle in the Dark (1995), kemampuan untuk mengenali wajah dari jarak jauh atau dalam visibilitas yang buruk, naluri itu memungkinkan manusia untuk kewaspadaan.
Sagan mencatat, hal itu mengakibatkan beberapa salah tafsir gambar acak atau pola cahaya dan bayangan sebagai wajah.
Terkadang seniman menggunakan fenomena psikologis ini untuk menyematkan gambar tersembunyi dalam karya mereka. Pengamat sering melihat objek lain dalam lukisan bunga Georgia O'Keeffe, misalnya.
Pada 1971, penulis Latvia, Konstantns Raudive merinci yang diyakini sebagai penemuan fenomena suara elektronik (EVP). EVP telah digambarkan sebagai pareidolia pendengaran.
Tuduhan pesan tersembunyi dalam musik populer juga telah digambarkan sebagai pareidolia pendengaran. Tes bercak tinta Rorschach menggunakan pareidolia dalam upaya untuk mendapat wawasan tentang keadaan mental seseorang.
SUMBER: TEMPO.CO