SUKABUMIUPDATE.com - Selawati Solihin atau yang akrab dipanggil Sela, dapat disebut sebagai salah satu gadis tangguh. Pasalnya, saat usianya yang belum genap menginjak usia 22 tahun ini, dia sudah berani menjadi seorang leader dari tim olahraga Arung Jeram Sukabumi saat mewakili Indonesia pada kejuaraan Arung Jeram tingkat Internasional, World Rafting Championship (WRC).
Seperti yang kita ketahui jika olahraga arung jeram merupakan salah satu olahraga ekstrim karena memiliki risiko tinggi. Oleh sebab itulah, jarang ada perempuan yang ingin terjun dalam olahraga yang satu ini.
Jika menilik sejarahnya, arung jeram sudah ada sejak abad ke-19. Mayor John Wisley, seorang ilmuwan asal Amerika Serikat diketahui sebagai orang yang mempelopori olahraga ini saat melakukan ekspedisi di sungai Colorado tahun 1860 an. Sampai akhirnya olahraga ini menyebar ke seluruh Dunia, dan salah satunya adalah Indonesia.
Gadis kelahiran Cikidang, 22 Agustus Tahun 2000 ini mengaku tidak pernah berpikir akan menjadi seorang atlet arung jeram, apalagi dalam keluarganya tidak ada satupun yang menjadi seorang atlet.
Sang ayah, Solihin merupakan seorang pengurus tempat wisata arung jeram di Sukabumi dan ibunya, Sulastri adalah seorang ibu rumah tangga.
Anak pertama dari dua saudara ini mengaku, jika awal mula ia mengenal olahraga arung jeram saat dirinya duduk di bangku sekolah menengah pertama, yaitu di SMPN 02 Cikidang.
Saat itu, Sela diajak oleh sahabatnya yang bernama Lista, yang sekarang menjadi rekan satu timnya dalam setiap kejuaraan.
“Dulu sebenarnya saya emang lebih tertarik ikut kegiatan olahraga gitu kan, seperti dulu pernah ikut futsal, voli gitu. Nah, pas ditawarin buat jadi atlet arung jeram, awalnya coba-coba dulu karena kan emang gak tau arung jeram itu kaya gimana tambah penasaran gitu. Setelah ikut latihan jadi semakin tertantang dan seru juga, ya sudah berjalan lah sampai sekarang,” ungkap Sela kepada tim Sukabumiupdate.com.
Gadis yang kini tinggal di Kp. Ciawitali, Desa Cijambe, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi ini sejak di bangku sekolah menengah atas yaitu di SMA Mutiara Terpadu Palabuhanratu, telah mengikuti berbagai ajang kejuaraan arung jeram baik tingkat nasional maupun internasional, diantaranya yaitu:
- World Rafting Championship (WRC) Citarik di Sukabumi, Indonesia (2015)
- Kejurnas Arung Jeram di Medan, Sumatera Utara (2016)
- Kejurnas Arung Jeram Progo Jawa Tengah (2017)
- World Rafting Championship (WRC) Japan (2017)
- Kejurnas Arung Jeram Pekalen, Jawa Timur (2018)
- Kejuaraan PORDA Jabar (2018)
- Kejurnas Arung Jeram di Ciwulan, Tasikmalaya Jawa Barat (2018)
- World Rafting Championship (WRC) Australia (2019)
- Kejurnas Arung Jeram Jambi (2019)
- World Cup Silokek Geofest Padang, Sumatera Barat (2019)
- Kejurprov Cimanuk, Sumedang, Jawa Barat (2019)
- Kejurnas Arung Jeram Lampung (2021)
- World Rafting Championship (WRC) Bosnia (2022)
Prestasi yang Pernah Diraih
Gadis lulusan D3 AKORNAS (Akademi Olahraga Prestasi Nasional), bersama keempat rekannya yakni Lista Natasya Penia. W, Siti Nurranti, Diana Lapanda, dan Wulanda Putri Febriana telah meraih banyak prestasi membanggakan serta mengharumkan nama Sukabumi bahkan Indonesia di kancah Internasional melalui olahraga arung jeram.
Saat mengikuti kejurnas arung jeram, Tim dari Sukabumi ini sering keluar sebagai juara. Sementara untuk kejuaraan tingkat Internasional World Rafting Championship (WRC), tim mereka berhasil menjadi juara umum dalam dua edisi terakhir WRC yakni pada 2019 di Australia dan 2022 di Bosnia.
“Alhamdulillah kalo kejurnas, kita dapat juara umum terus tiap kejuaraan. Kalo di WRC 2015 sama 2017 itu berhasil meraih posisi tiga dan WRC 2019 sama 2022 kita jadi juara umum,” ungkapnya.
Kejuaraan yang Paling Mengesankan
Dari banyaknya kejuaraan yang diikuti Sela dan tim, gadis yang memiliki zodiak Leo ini mengaku jika kejuaraan World Rafting Championship (WRC) Australia yang berlangsung tahun 2019 menjadi kejuaraan yang paling berkesan.
Pasalnya, saat itu adalah kali pertama Ia merasakan menjadi juara umum kejuaraan rafting tingkat Internasional setelah dua edisi sebelumnya hanya mampu meraih peringkat tiga.
“Kejuaraan WRC Australia 2019, karna dari kejuaraan itu kita bisa merasakan sebagai juara umum di kelas U-23," ungkapnya.
Sela juga mengungkapkan jika saingan di WRC sangat ketat, semua peserta tampil dengan sangat baik. Namun baginya, tim dari New Zealand, Jepang, dan Kanada menjadi tim terberat yang pernah Ia dan timnya hadapi.
Tim-tim itu memiliki kekompakan yang bagus saat sedang berada di atas sungai.
“Sebenarnya semua saingannya berat-berat ya, ada saingan yang paling berat itu New Zealand, Jepang, Kanada," ungkapnya.
Kesulitan Dalam Olahraga Arung Jeram
Seperti yang dikatakan di atas, olahraga arung jeram termasuk dalam olahraga ekstrim yang memiliki tingkat kesulitan dan risiko cukup tinggi.
Bagi Sela sendiri, kesulitan terbesar di olahraga ini yaitu, saat mempelajari arus sungai. Karena menurutnya, setiap sungai memiliki karakter arus yang berbeda-beda apalagi sungai-sungai yang ada di luar Indonesia.
Itu sebabnya kekompakan tim mutlak diperlukan dan setiap anggota tim harus hafal jalur yang akan dilalui untuk bisa menaklukan setiap jeram yang ada.
Sebagai seorang leader, Sela harus bisa menjaga kekompakan timnya baik saat melakukan perlombaan, maupun di luar perlombaan.
“Pastinya harus selalu jaga komunikasi di perahu. Mengingatkan tugas dan peran yang lain juga harus memacu semangat yang lainnya,” kata gadis yang sudah dua kali juara umum WRC itu.
Kesulitan lainnya menurut Sela, yakni saat melakoni kejuaraan di luar negeri. Selain karena jalur sungai yang sulit, kondisi geografis setiap negara juga berbeda.
Sela mencontohkan saat bertanding di WRC 2022 Bosnia, kondisi geografis negara yang terletak di semenanjung Balkan, Eropa Tenggara ini sangat berbeda dengan Indonesia.
Kondisi cuaca dan suhu air di Bosnia diakui Sela cukup menyulitkan, dimana suhu air sungai bisa mencapai angka sembilan derajat celcius di suhu terendahnya. Tentu hal tersebut akan berpengaruh pada kondisi fisik dirinya dan juga anggota tim.
Untuk mengatasi kondisi dingin itu, biasanya Sela dan tim melakukan pemanasan yang lebih dari biasanya, baik saat di darat maupun setelah turun ke sungai. Hal itu dilakukan untuk menjaga suhu tubuh mereka tetap hangat.
Selain cuaca, makanan juga kerap menjadi hal yang diperhatikan setiap kali berlaga di luar Indonesia. Untuk makanan, Sela menceritakan biasanya selalu mempersiapkan dengan membawa makanan dari indonesia seperti rendang dan kentang kering.