SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah penelitian dari URL Genius mengungkapkan, paltform TikTok dan YouTube jadi aplikasi paling banyak mengumpulkan data pengguna ketimbang platform media sosial lainnya.
Dikutip dari suara.com, ada beberapa perbedaan tujuan antara TikTok dan YouTube dalam mengumpulkan data pengguna.
Jika YouTube dipakai untuk keuntungannya sendiri, maka TikTok mengumpulkannya untuk bisa diakses oleh pihak ketiga.
Sebagai contoh, YouTube mengumpulkan data pengguna untuk melacak riwayat penelusuran (history browser) atau lokasi untuk menampilkan iklan yang relevan.
Sementara TikTok yang dimiliki perusahaan ByteDance mengumpulkan data pengguna dan bisa diakses oleh pihak ketiga. Jadi sulit untuk mengetahui kemana data yang direkam dan bagaimana mereka menggunakannya.
“Konsumen tidak dapat melihat data apa yang diperoleh pihak ketiga atau bagaimana data mereka akan digunakan,” tulis riset tersebut, dikutip dari Gizchina, Selasa (15/2/2022).
Studi URL Genius ini menggunakan sebuah fitur bernama App Activity Recording yang tersedia di perangkat iOS.
Fitur ini memungkinkan peneliti untuk menentukan berapa banyak aktivitas yang dilakukan pengguna di suatu aplikasi.
Adapun platform yang diteliti yakni YouTube, TikTok, Twitter, Telegram, LinkedIn, Instagram, Facebook, Snapchat, Messenger dan WhatsApp.
YouTube dan TikTok sama-sama merekam 14 kontak jaringan, lalu sisanya hanya merekam rata-rata enam koneksi jaringan.
Dari 14 kontak jaringan tersebut, 10 yang direkam YouTube dipakai untuk kebutuhannya sendiri. Sementara empat sisanya dikirimkan ke pihak ketiga.
Untuk kasus TikTok, 13 dari 14 data tersebut dibagikan ke pihak ketiga.
Pelacakan juga disebut tak akan berhenti, bahkan ketika pengguna tidak memberikan izin akses dalam pengaturan aplikasi.
TikTok memang banyak mendapatkan kritik terkait cara mereka mengumpulkan dan menggunakan data pribadi pengguna, khususnya bagi mereka yang di bawah umur.
Tahun lalu, kebijakan privasi TikTok mengatakan bahwa mereka bisa membagikan data pengguna dengan perusahaan induknya, ByteDance.
Namun, mereka mengklaim kalau itu diperlukan sebagai upaya untuk melindungi data privasi pengguna.
Sumber: suara.com