SUKABUMIUPDATE.com - Google baru saja memperkenalkan tools yang didukung kecerdasan buatan (AI) yang dapat mengidentifikasi 288 kondisi kulit serta berbagai penyakit kulit lainnya seperti kutil, kista dan lipoma, hanya dengan cara mengunggah tiga foto untuk dianalisa tools tersebut.
Dikutip dari WhatsNews2Day, tools ini direncanakan akan rilis pada akhir tahun 2021 sebagai percontohan. Kedepannya, user dimungkinkan untuk mengambil dan mengirimkan tiga gambar kondisi kulit, rambut dan kuku, untuk nantinya mendapatkan hasil diagnosa terkini tentang kondisi kulit user.
User akan mendapat pertanyaan dari Google, seputar jenis kulit, berapa lama mereka mengalami masalah pada kulit dan gejala lain. Setelah itu, Google akan memberikan daftar diagnosa penyakit yang tengah diderita oleh user.
Baca Juga :
Google mengatakan, alat ini telah dilatih untuk mengidentifikasi 65 ribu gambar kondisi kulit serta ribuan contoh kulit sehat.
Namun menurut Google, tools ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan tugas medis para dokter, namun bertujuan untuk orang awam membuat keputusan lebih tepat apakah akan pergi ke dokter atau tidak.
Dalam blognya Google mengatakan, "Setiap tahun kami melihat 10 miliar penelusuran Google terkait masalah kulit, kuku dan rambut. Dua miliar orang di seluruh dunia menderita masalah dermatologis, padahal secara global, tidak ada kekurangan spesialis,".
Google menambahkan, banyak orang kesulitan mendeskripsikan masalah kulitnya dengan kata-kata, lalu mencari jawabnya dengan menulisnya di search engine. Google mencoba mengatasi kesulitan ini dengan menghadirkan tools tersebut.
"Alat bantu dermatologi bertenaga AI ini adalah aplikasi berbasis web. Kami harap dapat diluncurkan pada akhir musim ini. Google berharap dapat memudahkan setiap orang mengetahui apa yang mungkin terjadi pada kulit," kata Google.
Alat ini, lanjut Google, memperhitungkan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, ras dan jenis kulit. Mulai dari kulit pucat yang tidak coklat hingga kulit coklat yang jarang terbakar.
Produk ini juga nantinya akan diberi tanda CE sebagai perangkat medis kelas satu untuk dirilis di wilayah Eropa, tapi belum dievaluasi oleh Badan Obat-obatan dan Makanan (FDA) Amerika Serikat.
Baca Juga :
Google mengatakan, pembuatan alat ini adalah puncak dari penelitian pembelajaran mesin dan pengembangan produk yang telah dilakukan selama lebih tiga tahun terakhir.
Sebuah studi yang diterbitkan JAMA Network Open menunjukan, kemampuan alat ini membantu meningkatkan diagnosis kondisi kulit oleh dokter perawatan primer dan praktisi perawat.
Namun, menggunakan Google untuk mendiagnosis diri sendiri telah menjadi perdebatan, karena bisa saja memberikan hasil yang menyesatkan atau ada saja diagnosis yang terlewatkan.
Google mengatakan, "Alat ini tidak dimaksudkan untuk memberi diagnosis atau menjadi pengganti nasihat medis, karena banyak kondisi yang memerlukan tinjauan dokter, pemeriksaan langsung dan pengujian seperti biopsi,".