SUKABUMIUPDATE.com - Aplikasi Google Earth menambahkan fitur terbaru yang memanfaatkan citra satelit untuk menggambarkan perubahan iklim empat dekade terakhir yang mempengaruhi gletser, pantai, hutan dan tempat lain di seluruh dunia.
Penambahan fitur video ini disebut-sebut sebagai pembaruan terbesar Google Earth dalam lima tahun terakhir.
Google mengatakan, pihaknya melakukan kemitraan dengan beberapa lembaga pemerintah, termasuk Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Badan Antariksa Eropa (ESA), dengan harapan dapat membantu khalayak luas memahami perubahan iklim.
Konsep perubahan iklim terkadang abstrak dalam istilah yang lebih nyata. Natalie Mahowald, seorang ilmuwan iklim Universitas Cornell, meyakini misi Google Earth ini akan tercapai.
"Ini luar biasa. Google membantu masyarakat memahami ruang lingkup perubahan iklim dan masalah tata guna lahan. Sebelumnya kedua hal tersebut sulit dipahami karena skala waktu dan spasialnya yang lama," kata Mahowald kepada The Associated Press.
Mahowald tidak terkejut jika perangkat lunak yang satu ini akan mengubah pikiran banyak orang tentang skala dampak manusia terhadap lingkungan. Video perubahan iklim itu akan tersedia dengan gratis.
Bukan kali pertama citra satelit digunakan untuk menunjukan bagaimana bagian dunia berubah di depan mata kita akibat perubahan iklim.
Sebagian besar ilmuwan setuju perubahan iklim didorong oleh polusi yang dihasilkan manusia.
Citra satelit itu kini dapat diunduh sebagian besar pengguna smartphone di seluruh dunia.
Baca Juga :
Google menjanjikan pengguna smartphone untuk melihat presentasi selang waktu dimana mereka ingin mencari rentetan perubahan iklim yang terjadi melalui fitur Google Earth terbaru ini.
Fitur ini juga mencakup mode bercerita yang menyoroti 800 tempat di Bumi ini dalam format 2D dan 3D.
Video yang sama juga akan tersedia di situs video YouTube Google, layanan yang lebih banyak digunakan dibanding aplikasi Earth.
Fitur itu dibuat dari 24 juta citra satelit yang diambil setiap tahun, dari tahun 1984 sampai 2020 dan disediakan oleh NASA, US Geological Survey dan Uni Eropa.
Teknologi selang waktu diciptakan dengan bantuan Universitas Carnegie Mellon. Google berencana memperbarui citra selang waktu setidaknya setahun sekali.