SUKABUMIUPDATE.com - Di era masa kini, hampir semua orang memegang gawai atau ponsel pintar. Dalam satu gawai itu, seorang pengguna bisa mengakses informasi secara bebas, berseluncur di dunia maya hingga di media sosial, mencari informasi yang dibutuhkan atau diinginkan.
Di Sukabumi, terdapat salah satu grup Facebook yang bisa dibilang mempunyai follower lebih banyak ketimbang yang lain, yakni Sukabumi Facebook. Sejak dibuat medio 2009 silam, satu grup Sukabumi Facebook kini sudah diikuti oleh lebih dari 420.000 member. Setiap harinya grup tersebut selalu diisi informasi-informasi baru.
Di balik itu, ada sosok Super Admin Sukabumi Facebook, Dedi Suhendra yang setiap hari terus memonitor perkembangan informasi. Bukan tanpa alasan, ia tak ingin sarana berbagi informasi yang berguna untuk masyarakat banyak itu, justru dimanfaatkan segelintir orang untuk menyebarkan hoax.
Bagaimana cara Dedi Suhendra melindungi grup facebooknya dari serangan hoax? Upaya seperti aja yang sudah dia lakukan selama ini? Menjawab pertanyaan tersebut, Tamu Mang Koko edisi Sabtu, 31 Oktober 2020 turut menghadirkan Dedi Suhendra sebagai narasumber. Bagaimana pemaparannya? Simak wawancara berikut.
Seringkali kasus hoax diselesaikan sampai harus melakukan pertemuan, mengapa begitu?
Fenomena ini muncul sudah lama sebetulnya. Saya juga sebagai pegiat IT melihat fenomena semacam ini selalu muncul. Dengan kasus dapat uang banyak, minta transfer dan sebagainya. Itu sudah dari tahun 2000-an, kurang lebih 20 tahun yang lalu dan itu terus berulang.
Seiring berkembangnya internet, hal ini terus terjadi. Diperparah dengan literasi yang kurang, kemudian segmentasi dari para pengguna internet atau netizen itu kan beragam. Dari mulai anak kecil, anak-anak, ibu rumah tangga, sampai para pejabat, mereka mengakses informasi dan seringkali menelan mentah-mentah tanpa disaring.
Umumnya misinformasi. Karena mereka belum tahu bagaimana cara memverifikasi informasi yang baik menurut latar belakang masing-masing. Di satu sisi tidak ada sumber untuk verifikasi.
Pengalaman apa saja yang didapat?
Beberapa kali saya dipanggil menjadi saksi. Tahun 2016 saya sebagai admin, itu tanggung jawab saya. Saya mencoba adil. Kita tidak bisa menghukum seseorang yang belum tahu. Harusnya dikasih tahu sebagai pembelajaran.
Bagaimana sebaiknya agar kita bisa bijak menyaring informasi?
Kita harus belajar, cari tahu, artinya melakukan literasi dengan benar. Yang penting harus cari tahu dan belajar. Kalau memang belum tahu, ya harus cari tahu. Dari mana sumber informasi itu berasal, bagaimana isinya, dan kita kroscek. Kalau informasinya salah, cukup di kita saja. Kalau informasi itu baik, silahkan bagikan.
Kita mengelola grup itu dari tahun 2009. Pola masyarakat dari masa ke masa itu beragam. Dua tiga tahun yang akan datang, hal ini akan terus berulang. Saya dengan admin-admin yang lain seringkali mengingatkan dan memfilter konten mana saja yang boleh dan tidak boleh. Di fitur Facebook, sekarang ada hukumannya. Bisa dimatikan akun satu hari, sampai 28 hari.
Di Sukabumi Facebook ada yang namanya netiquette atau etika berinternet, bisa dijelaskan?
Netiquette itu ada sejak tahun 90-an, sejak internet ada. Itu aturan baku seperti kita hidup bersosial, saling menghormati, itu lah etika. Nettiquette itu aturan baku yang harus dipatuhi oleh semua orang yang terjun ke internet. Setelah ada netiquette barulah ada UU ITE.
Netiquette itu, pertama tidak boleh berbohong, nama akun harus benar, tidak boleh menggunakan huruf besar, tidak boleh menggunakan bahasa yang tidak dimengerti orang banyak di lingkungannya. Dan masih banyak yang lainnya.
Untuk kami, para admin, kalau ada akun yang menyimpang, cukup di-report saja. Ada menu untuk mereport sebuah akun. Semakin banyak akun yang mereport, akun itu pasti akan ditutup.
Updaters yang ingin menyaksikan pemaparan lengkap Super Admin Sukabumi Facebook Dedi Suhendra saat di acara Tamu Mang Koko, bisa disimak di sini.