SUKABUMIUPDATE.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim melakukan gebrakan dengan mengganti Ujian Nasional (UN). Nantinya pada 2021, pelajar akan melakukan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter sebagai pengganti UN.
Digantinya UN memang sudah lama diinginkan banyak pihak. Termasuk siswa dan para orangtua murid. Karena ketika berhadapan dengan UN, para siswa menjadi tertekan hal serupa dirasakan juga para wali siswa.
Banyak yang merespon soal digantinya UN ini termasuk dari siswa, apakah siswa sudah siap dengan sistem ini, berikaut petikan wawancara Ketua Osis SMA Negeri 1 Cibadak Januar Putra Hendrawan Decal dalam acara tamu Mang Koko.
Kalau dari teman-teman pelajar, bagaimana sikapnya tentang digantinya UN?
Dari teman saya sambutan mereka sangat baik dari kakak kelas (termasuk) dari alumni juga. Karena saya sempat menanyakan kepada alumni. Karena kalau UN itu diuji empat mata pelajar, tapi bagaimana dengan siswa-siswa yang berbakat dalam seni, olahraga dan apapun itu (karena tidak teruji). Jadi (mata pelajaran yang di UN) dibutuhkan bagi siswa yang kuat di mata pelajar itu saja. Sekarang saya kelas XI kalau jadi 2021 diganti asesemen kompetisi minimum dan survei karakter tidak mengalami UN.
Sudah siap menghadapi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter ini?
Saya siap, karena kita sudah tahu mungkin saja UN masih diberlakukan atau tidak. Jadi kita persiapakan segalanya secara matang.
Ada banyak siswa yang merasa tertekan saat menghadapi UN, apakah benar seperti itu?
Jadi kan kalau UN itu dilaksanakan diakhir semester di akhir masa sekolah, dan biasanya kita memang dipush menghapal materi-materi yang akan di UN kan. Dari obrolan kakak kelas sama alumni, jadi mereka memang mempersiapkan bukan saat dipertengahan pembelajaran tapi saat akhir saat menghadapi UN. Jadi membuat siswa tertekan dan ada tekanan juga UN menentukan 100 persen kelulusan.
Menurut siswa kira-kira UN dengan sistem yang sekarang ramah mana ?
Sistem ini lebih menantang. Karena kan uji kompetensi di tengah-tengah. (Dengan hal itu) kita dari pihak siswa bisa lebih mengetahui mana kekurangan kita.
Soal merdeka belajar, apa yang diharapkan siswa yang hari ini tidak terfasilitasi sekolah?
Mungkin di sistem yang akan datang ini seperti survei karakter, mungkin dari pihak sekolah memfasilitasi (setiap bakat siswa). Misalnya bakatnya seni kadang-kadang alatnya masih kurang, mungkin sistem yang baru ini bisa membuat lebih baik kedepannya.
Sekolah masih menggunakan pola masih akan menggunakan UN, sebetulnya di pembelajaran sekarang itu siswa sudah tahu passionnya?
Kalau buat metode pembelajar seperti sekarang, kalau kelas IPA tuh merasa kelas IPS malah sebaliknya. Jadi mereka belum mengetahui passion-passionnya ada dimana tapi seperti yang kita ketahui. Tapi kita masih rencana menghadap UN (sehingga) kita tetap harus belajar mata pelajar itu. Mungkin dari segi matematik, mungkin teman-teman ada yang masih kurang terhadap pelajar matematika. Dan sistem pembelajar di sekolah ini membuat perkelompak sehingga bisa mengembangkan bakat matematika dengan teman sebangku dan teman sekelas.
Secara pembelajaran, passion ditemukan (melalui) ekstrakulikuler pelestari alam dari mata pelajaran biologi. Juga ada materi-materi tentang tumbuhan.