SUKABUMIUPDATE.com - Masyarakat dikagetkan dengan penemuan bayi perempuan di dalam kardus di Cibeureum, Kota Sukabumi, Jumat, 12 Juli 2019 lalu. Bayi cantik tersebut kini berada di Dinsos dan dalam proses adopsi. Oleh istri Wali Kota Sukabumi Fitri Hayati Fahmi, bayi perempuan itu diberi nama Annisa Karima.
Belum terungkap pelaku pembuangan bayi di dalam kardus di Cibeureum. Pembuangan bayi kembali terjadi, bayi perempuan dibuang di area persawahan di Desa Prianganjaya, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi, Rabu, 21 Agustus 2019. Untuk kasus ini, polisi sudah menangkap pelaku yang tak lain adalah ibunya sendiri. Pelaku ditangkap beberapa hari setelah membuang bayinya.
Pembuangan bayi di Cibeureum dan Desa Prianganjaya, merupakan dua dari banyak kasus pembuangan bayi di Sukabumi. Psikolog dari Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Sukabumi Joko Kristiyanto menyatakan banyak faktor yang menyebabkan pembuangan bayi. Apa saja dan apa solusinya, berikut wawancaranya.
Apa pemicu sehingga hal ini terjadi?
Kebanyakan didasarkan atas kepanikan. Pada saat melahirkan dan apa yang terjadi pada ibunya tersebut itu luar biasa paniknya. Mereka yang membuang bayi itu 99,9 persen melahirkan sendiri, ada yang melahirkan di kamar mandi dan (ditempat) lain sebagainya. Mereka punya keberanian yang luar biasa. (Tindakan tersebut terjadi karena) Yang membuang bayi tidak nyaman dalam hidupnya dan dia harus mempertanggungjawabkan (perbuatannya) rata-rata sendirian. Tidak ada yang menemani.
Pelaku senekat itu membuang bayi, apa ada yang salah dengan psikisnya?
Kalau membuang bayi bisa dikaitkan dengan masalah jiwa, tapi tidak punya gangguan jiwa. Berbeda dengan pada saat setelah dilahirkan, bayinya dilukai atau dicekik berarti (pelaku) punya gangguan jiwa.
Apa semua pelaku berniat membunuh bayinya?
Rata-rata (pembuang bayi) tidak (berniat) membunuh bayi sebetulnya, tapi karena bayi diletakan atau cara menyimpannya atau dibuangnya membuat bayi tidak nyaman. Kemudian ada binatang atau segala macam sehingga bayi meninggal karena prosesnya tidak terawat dengan baik karena waktu ditemukannya juga lambat. Jarang sekali bayi yang ditemukan sejak dari awal sudah meninggal, jarang sekali.
Ada yang namanya Baby Blues, apa itu?
Perempuan hamil kemudian melahirkan ada beberapa yang baby blues, baby blues itu satu kondisi ketidaksiapan si ibu menghadapi situasional melahirkan (lalu) muncul reaksi-reaksi, misalkan merasa hidupnya susah atau tidak diperhatikan oleh keluarga atau suaminya. Baby blues bisa juga terjadi di dalam kehidupan rumah tangga yang secara normal.
Rata-rata hasil riset, tujuh perempuan yang melahirkan ada satu orang yang berpotensi baby blues. Baby blues terjadi satu sampai dua minggu. Kalau tidak ditangani secara cepat dan akurat maka levelnya akan naik. Tanda Baby blues dia tidak mau mengurus bayi. Misalkan si ibu bayi mengedepankan style dan tampilan lalu gara-gara hamil, merasa badannya merasa tidak bagus sehingga tidak mau menyusui bayinya. Kemudian selalu menyalahkan orang lain. Cara mengatasinya adalah support sistem. Makanya di kesehatan ada suami siaga, jadi menjelang kelahiran suami sudah siap segala macam, ketika ke dokter mendampingi. Terus ada intervensi dari sisi religi, itu menguatkan (ibu bayi).
Faktor dominan yang menyebabkan pelaku nekat membuang bayi dari dalam atau luar?
Selain dirinya juga punya masalah, yang kedua tidak mendapatkan support sistem dari keluarganya, dari suami dan itu menentukan tindakan selanjutnya. Masalah ini bukan masalah yang simpel tapi masalah yang cukup komplek. Rata-rata mereka yang melakukan hubungan gelap, mereka tidak merasakan ngidam. Ngidamkan bagian dari bentuk memanjakan diri. Jangan (pelaku pembuang bayi) bermanja-manja pada siapa dia (pelaku) akan bermanja-manja. Tidak ada yang support dia.
Kasus pembuangan bayi akibat hubungan gelap, nikah muda apakah solusinya agar terhindar dari hal negatif?
Kalau bicara dari sisi fisik, fisik ini kan ada masanya. Kalau kita mempergunakan analogi buah, buah kalau dipanen belum waktunya rasanya tidak enak. Buahnya besar tapi matangnya tidak sama dengan matang yang memang sudah waktunya. Demikian dengan nikah muda, apakah kesehatan reproduksinya dan mental mendukung?. Ketika usia muda itu punya resistensi punya potensi yang lebih besar dibandingkan dengan yang usainya sudah layak. Jangan sampai mempergunakan pola pikir daripada.
Perbuatan nekat membuang bayi terjadi akibat masalah jiwa, lalu apa solusinya?
Kalau baru sampai dengan taraf kegelisahan, kekhawatiran itu bisa konsultasi sama orang yang paham, makanya LK3 hadir untuk memberikan solusi. (Apabila tidak ke lembaga konsultasi) harus nyari orang yang tepat (untuk konsultasi). Teman curhat paling baik tidak usah jauh-jauh, ke orang tua saja. Orang tua biologis, yang pertama. Sepahit-pahitnya harus terbuka kepada orang tua dan orang tua harus punya kemampuan menerima itu minimal memberikan kenyamanan. Kalau tidak ke orang tua apabila sudah tidak punya, ke tokoh agama. Kalau masih sekolah ke guru.