SUKABUMIUPDATE.com - Kurang lebih 30 tahun silam, ide dan gagasan tentang Wayang Sukuraga tercetus di kepala Effendi. Pria kelahiran Sukabumi, 16 April 1958 itu sempat mengenyam pendidikan seni di Yogyakarta selama enam tahun, sejak tahun 1979. Pernah merasakan manis-getir di dunia seni, hingga akhirnya ia dikenal dunia berkat Wayang Sukuraga. Orang mengenalnya Fendi Sukuraga. Ia sudah mengunjungi beberapa negara dalam memperkenalkan Wayang Sukuraga.
Namun ironisnya, nama besar Wayang Sukuraga yang sudah dikenal dunia, tak diikuti popularitas di kota sendiri, Sukabumi. Fendi mengakui, masih banyak masyarakat Sukabumi yang belum mengetahui bahwa Wayang Sukuraga itu ada dan berasal dari Sukabumi.
Berikut wawancara khusus sukabumiupdate.com bersama Fendi Sukuraga yang kini berjibaku memperkenalkan karya seni hasil buah pikirnya di rumah sendiri.
Bisa dijelaskan sejarah singkat terciptanya Wayang Sukuraga?
Tahun 1988 Wayang Sukuraga baru berbentuk embrio. Baru tahun 1993 mulai membuat lukisan Sukuraga. Tahun 1995 ikut pameran di Malaysia. Banyak kritik dan saran, dari pelukis lain dan mahasiswa, katanya harus dibuat lakon. Nah, pada tahun 1996 baru berbentuk lakon wayang pementasan.
Dipentaskan pertama kali di tahun yang sama secara nasional di acara Buka Mata Buka Telinga, di salah satu televisi swasta nasional. Setelah tampil di televisi, baru dikenal Fendi Sukuraga.
Setelah itu, bagaimana kelanjutannya? Sehingga bisa bertahan sampai saat ini.
Setelah itu ya berjalan sendiri saja. Karena kan masih baru lahir. Tetap bertahan, karena konsistensi adalah dasar. Ini tentang bagaimana kita menghargai karya kita sendiri. Contohnya pelukis, mau karyanya laku atau tidak laku, terus pertahankan dan kembangkan. Idealisme memang perlu. Kita berpegang pada satu prinsip sambil terus menciptakan ide-ide yang cemerlang.
Kenapa sampai bersikukuh mempertahankan Wayang Sukuraga?
Ada istilah gajah mati meninggalkan gading. Sementara manusia mati meninggalkan jasa. Nah, saya berpandangan disini manusia mati bukan hanya meninggalkan jasa, melainkan karya. Melalui karya itu seorang manusia akan terus dikenang.
Sebuah kebanggaan dan kebahagiaan bagi saya, ketika nanti saya sudah tiada nanti, Wayang Sukuraga tetap ada dan lestari, serta menjadi sebuah media alternatif menanamkan pendidikan karakter.
Seringkali orang bertanya apa itu Wayang Sukuraga. Apa sih makna filosofis dari Wayang Sukuraga?
Setiap manusia itu memiliki anggota tubuh dan manusia itu sendiri adalah dalang bagi setiap anggota tubuhnya. Manusia adalah dalang, lalu Sukuraga yang menggambarkan anggota tubuh. Melalui pementasan Wayang Sukuraga, banyak pesan moral yang disampaikan, terutama tentang bagaimana seorang manusia dapat mengendalikan anggota tubuhnya. Tentang bagaimana dia bersikap dan berperilaku. Tentang bagaimana manusia mengendalikan anggota tubuhnya. Karena itu ada wayang yang berbentuk kaki, tangan, mulut, telinga, serta anggota tubuh lainnya.
Sudah pernah berkunjung ke negara mana saja? Negara mana yang paling berkesan?
Ada Malaysia, Singapura, Thailand, dan masih banyak lagi. Saya sudah lupa. Yang paling berkesan itu yang terakhir kemarin tahun 2017 di Thailand. Di sana selain seniman dan mahasiswa, Wayang Sukuraga juga mendapat perhatian dari para doktor serta guru besar. Intinya mereka tertarik dengan Wayang Sukuraga. Banyak masukan-masukan. Rencana, kalau ada umur dan rezeki kita mau ke Kanada.
Sudah berapa banyak Wayang Sukuraga yang dibuat?
Wah, kalau itu saya tidak pernah menghitung. Mungkin jumlahnya ratusan. Sekarang paling tersisa puluhan. Karena kan setiap selesai pementasan, wayang seringkali dibagikan ke penonton sebagai cinderamata. Kalau untuk sekali pentas, saya bawa sekitar 50 wayang. Durasinya paling lama 30 menit, atau kadang 15 menit. Tergantung dari pesanan panitia.
Sudah pentas di luar kota, bahkan di luar negeri. Tapi di kota sendiri kurang begitu dikenal. Mengapa bisa begitu?
Nah, ini sebetulnya perlu diketahui dan dipahami oleh semua. Yang harus memiliki Wayang Sukuraga adalah Sukabumi. Karena biar bagaimanapun Wayang Sukuraga lahir di Sukabumi. Bagaimanapun, akan selalu identik dengan Sukabumi. Kurang begitu dikenal, bukan karena si seniman itu sendiri, bukan karena pemerintah atau karena hal lainnya. Ini mungkin hanya perlu dorongan dan dukungan bersama-sama.
Ingat, bangsa yang maju juga salah satunya, mereka menjunjung tinggi seni dan budayanya. Kita ambil contoh Jepang, Korea, atau bahkan Thailand. Mereka terlihat membuat sebuah peradaban melalui seni dan budaya khasnya.
Seperti apa pesan dan harapan anda untuk seniman-seniman muda di Sukabumi agar tetap konsisten?
Hari ini ada banyak media untuk belajar. Teknologi sudah canggih. Orang bisa mempelajari tentang seni dan budaya negara lain melalui berbagai media. Perkembangannya seperti apa di seantero dunia, kan bisa dilihat. Selain tentunya perlu menempuh pendidikan formal di bidang senu supaya disiplin ilmunya lebih jelas.
Terus berkarya dan kembangkan. Kalau bisa, buat sebuah karya seni yang bisa memunculkan identitas dan ciri khas penciptanya. Sehingga orang akan langsung mengenali.
Jangan ragu-ragu ketika akan terjun di bidang seni, atau akan melanjutkan studi di bidang seni. Kalau sungguh-sungguh, nanti jalannya akan terbuka dengan sendirinya.