SUKABUMIUPDATE.com - Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Sukabumi baru saja memiliki ketua baru, yakni Masykur Alawi, menggantikan ketua demisioner, Harun Alrasyid. Ia terpilih secara aklamasi, melalui Musyawarah Daerah (Musda) PPNI beberapa waktu lalu, tepatnya Sabtu (4/8/2018). Sebelumnya, Masykur menjabat sebagai Sekjen PPNI Kabupaten Sukabumi.
Saat diwawancarai secara khusus oleh sukabumiupdate.com, pria kelahiran Sukabumi, 20 Maret 1979 itu dengan gamblang memaparkan visi, misi dan program kerjanya kedepan, sebagai pucuk pimpinan organisasi profesi sekelas PPNI. Seperti apa pemaparannya, berikut wawancara sukabumiupdate.com dengan Ketua PPNI Kabupaten Sukabumi, Masykur Alawi.
Sebagai ketua baru, visi, misi dan program kerja apa saja yang anda miliki untuk PPNI?
Pertama-tama, saya punya visi kedepan ingin menjadikan organisasi profesi perawat seperti PPNI ini lebih kuat lagi. Kita ingin struktur organisasi diisi oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya. Sebagai organisasi profesi, kita harus profesional, sesuai Undang-undang Keperawatan.
Kemudian, kita ingin kuat dari sisi anggaran, kuat jaringan, kuat dari sarana dan prasarana, serta kuat dari sisi yang lainnya.
PPNI harus bisa memfasilitasi dan mengakselerasi anggotanya supaya lebih bermartabat, lebih profesional, lebih sejahtera, aman dan berdaya saing.
Jika dihitung, hari ini ada berapa jumlah tenaga perawat yang tergabung di PPNI?
Data terakhir, tahun 2017, kurang lebih tenaga perawat di Kabupaten Sukabumi jumlahnya ada 2.105 orang. Tapi itu perlu pendataan ulang. Itu sudah termasuk tenaga perawat di Puskesmas, klinik, serta rumah sakit negeri maupun swasta.
Secara jumlah, itu sudah cukup. Tapi kita tidak ingin mengejar kuantitas, tapi kualitas. Kita ingin bagaimana yang banyak itu berkualitas.
Profesi perawat seringkali menjadi sorotan, apalagi saat melayani masyarakat. Bagaimana anda meningkatkan kualitas pelayanan tersebut?
Sebetulnya setiap profesi punya kode etik tersendiri. Termasuk profesi perawat. Kami terus lakukan peningkatan kualitas, tentang bagaimana cara mereka melayani. Minimal harus ada lima kecerdasan yang dimiliki seorang perancang. Diantaranya Intelligent Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), Moral Quotient (MQ) dan Adversity Quotient (AQ).
Seorang perawat itu melayani masyarakat secara langsung, sehingga risiko terpapar penyakit juga tinggi, bagaimana cara mengantisipasinya?
Memang betul, risiko perawat itu sangat besar sekali, karena setiap hari kontak langsung, berinteraksi dengan pasien, dengan berbagai diagnosa, termasuk penyakit menular. Tentunya kita punya prosedur pengamanan. Dengan teori yang dimiliki, bagaimana seorang perawat bisa mengamankan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum merawat orang lain. Ada beberapa langkah perlindungan diri yang perlu dilakukan. Ada SOP-nya.
Seorang perawat seringkali bekerja dibawah tekanan yang sangat tinggi, melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu, serta jam kerja yang panjang. Tingkat stress juga cukup tinggi. Bagaimana cara mengatasinya?
Makannya kita harus merekomendasikan kepada penyedia layanan, termasuk rumah sakit itu harus proporsional. Secara rumus harus disesuaikan dengan kemampuan perawat. Jangan sampai over capacity. Itu yang terjadi mungkin di perawat klinis.
Karena perlu diketahui, secara umum, perawat itu terbagi menjadi perawat klinis yang bekerja di rumah sakit maupun klinik, kemudian perawat umum yang bekerja di masyarakat atau di puskesmas. Yang paling banyak beban itu biasanya perawat di puskesmas. Mereka sering dibebankan dengan pekerjaan lain oleh atasannya. Misalnya harus menjabat sebagai bendahara, sekretaris, dan lainnya. Tapi itulah hebatnya perawat. Profesionalisme mereka tertutup oleh kewajiban lain dbiluar tupoksinya.
Seorang perawat sebelumnya menempuh pendidikan tinggi dengan biaya yang tak sedikit. Namun sering dihadapkan dengan gaji yang tak sesuai harapan. Bagaimana tanggapan anda?
Nah, justru ini yang sedang dan akan kita perjuangkan. Persoalan gaji, honor, insentif dan sebagainya, dibandingkan dengan profesi lainnya. Seperti bidan misalnya. Kita ingin memperjuangkan bagaimana minimal dengan level pendidikan yang sama, seorang perawat mendapatkan hak yang sama.
Tapi perlu diingat, selain menuntut hak, kita ingin tekankan juga tentang kewajibannya. Kita ingin perawat Sukabumi bermartabat. Salah satunya meningkatkan kualitas diri perawat. Tugas organisasi profesi kan untuk memperjuangkan anggotanya.
Apa harapan anda sebagai seorang Ketua PPNI terhadap pemerintah, maupun perawat itu sendiri?
Harapan saya untuk perawat itu sendiri, kita harus menunjukkan bahwa profesi kita itu profesi yang bermartabat, profesi yang diperlukan. Coba lihat ke rumah sakit, pasien inginnya bukan di-dokter, tapi ingin dirawat. Siapa yang menjaga pasien 24 jam di rumah sakit kalau bukan perawat.
Lalu, perawat di puskesmas juga ikut berkontribusi, seperti menurunkan angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan angka harapan hidup, dan sebagainya. Intinya peran perawat itu sangat vital sekali.
Lalu harapan kami untuk pemerintah, ketika perawat sudah memperlihatkan profesionalitas, sudah memperlihatkan prestasi, bagaimana kami mendorong pemerintah supaya memberikan reward atau penghargaan. Jangan sampai ada diskriminasi. Tapi sekali lagi, sebelum itu, kami juga terus ingatkan kepada para perawat agar mampu menjawab harapan-harapan dari masyarakat dan pemerintah.