SUKABUMIUPDATE.com -Jiwenk adalah salah satu dari melimpahnya perupa Indonesia yang namanya sudah dikenal di mancanegara, dalam waktu dekat karyanya akan dipamerkan pada International Caricature Exhibition, di Balai Seni Lukis Kelantan, Malaysia, bersama karya para perupa mancanegara lainnya.
Pemilik nama lengkap Nurwenda Juniarta ini, lahir di Sukabumi 3 Juni 1976. Anak dari Aries Sanukri, seorang anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ini, telah lama menampakkan dirinya dalam seni rupa, bahkan sejak duduk di bangku taman kanak-kanak. Masa kecil yang sering ditinggal ayah bertugas ke luar daerah, menjadikannya akrab dengan buku gambar dan pensil.
Jiwenk yang telah memiliki dua putra buah cintanya bersama Nina Sri Erlina ini, diwawancara Danang Hamid dari sukabumiupdate.com, pada Jumat (24/2) sore, di Cantigi Café and Cooking Class, Jalan Kenari 20, Kota Sukabumi.
Berikut petikan wawancara bersama karikaturis Sukabumi yang karyanya telah mendunia itu:
Bagaimana awalnya Anda mendalami seni rupa ini?
Seingat saya sejak TK atau sebelum TK ya? Kan orang tua sering dinas ke luar tuh, saya menjadi penyendiri. Nah kalau saatnya ayah pulang ditungguin, karena selalu dibawakan buku gambar, mungkin maksudnya untuk mengisi waktu agar saya ada kegiatan dari pada kangen terus sama bapaknya.
Anda merasa sejak saat itu punya bakat melukis?
Otomatis saya belajar dan akhirnya otodidak kemudian bereksplorasi sendiri, saya sering baca komik wayang RA. Kosasih, super heroes dan serial Marvell juga. Dari situ saya sering menggambar figur orang atau tokoh komik.
Mengapa Anda tertarik dengan gambar figur?
Bagaimana ya? Saya lebih suka figur orang dibandingkan melukis gambar dengan objek lain, karena ada karakter yang diselami. Ingin membedakan kartun dengan karikatur. Ternyata, memang beda!
Siapa yang memberikan pengaruh terhadap karya Anda?
Begini, awalnya di Facebook saya melihat karya karikatur orang Singapura yang menurut saya menarik, karyanya cukup aneh dan sangat berkarakter, dari situ saya ikut gabung dengan komunitas pelukis Eropa, kemudian saya cari-cari video di YouTube mempelajari karya orang. Bisa dibilang YouTube guru saya (tertawa).
Tahun 2011 saya ikut kontes yang digagas Jaya Suprana dan Pakarti (Persatuan Kartunis Indonesia) organisasi kartun nasional, alhamdulillah saat itu saya masuk 15 besar.
BACA JUGA:
Ingin Literacy Wisata Masuk Kurikulum Sekolah di Sukabumi
Agar Naik Taksi dan Rental Transportasi Online Menjadi Gaya Hidup Warga Sukabumi
Antara Persoalan Macet dan Pembangunan Sektor Pariwisata Sukabumi
Karya lukis Anda termasuk jenis aliran seni lukis apa?
Karikatur itu surealis, tapi sekali lagi tolong dibedakan antara karikatur dan kartun, simple sih! Jangan melihat karikatur sebagai sebuah ejekan atau hinaan, ini karya seni yang jenaka. Kan waktu itu awalnya karikatur ada karena para pelukis berkumpul dan saling menggambar satu sama lain menurut imajinasi mereka masing-masing, bukan sebuah ejekan, hanya keisengan saling menggambar.
Kasus Charlie Hebdo (sebuah media di Prancis yang dinilai melecehkan Nabi Muhammad SAW-red) misalnya, dia gambar gitu, itu kan menurut mereka! Harusnya kita (muslim) tidak tersinggung, karena menurut saya, justru dengan tersinggung seolah-olah membenarkan begitulah rupanya.
Karikatur ya karikatur! Jangan diberi beban apa pun, tidak boleh dikasih muatan apa-apa, baik itu pesan sosial, politis terlebih persoalan agama. Karikatur itu dilarang tendensius, agar orang mulai faham dan mengerti bahwa sebuah karikatur bukan penghinaan atau mennyindir dan mencela. Lelucon itu belum tentu penghinaan. Tapi sekali lagi karikatur nggak boleh dibebani pesan apa-apa.
Apa bedanya antara kartun dengan karikatur?
Karikatur itu lebih fokus kepada deformasi (perubahan bentuk wajah), kalau kartun lebih kepada cerita. Coba lihat GM Sudarta, bisa ketemu apa itu kartun editorial. Dan saya ini generasi perupa baru yang mencoba memperbaharui atau meluruskan dari sisi pemahaman mengenai karikatur. Jadi kartun dan karikatur itu dua hal yang berbeda, sayangnya masyarakat memahaminya sebagai satu hal yang sama.
Lalu, seperti apa karakter karikatur itu?
Pertama, karikatur itu punya karakter yang dikenali, artinya tokoh itu nyata, bukan khayalan. Ada kemiripan dengan aslinya. Kedua, deformasi atau perubahan bentuk wajah. Ini pun bisa dibedakan lagi berdasarkan teknis melukisnya, ada exagrasi yang artinya melebih-lebihkan gambar, contohnya, bagian hidung dibesarkan, ini sudah ciri khasnya. Dan ada yang namanya distorsi, artinya pergeseran atau penyimpangan. mislanya dengan menghilangkan bagian mulut pada gambar.
Karakter dalam karikatur bisa diidentifikasi, misalnya orang eropa ada pada hidung sama seperti orang Timur Tengah atau India, Afrika pada bibir dan Asia pada mata. Indonesia termasuk Asia, saya sangat suka memainkan yang berkarakter, sedang tertawa mislanya.
Karya Anda sudah dikenal oleh pecinta seni rupa dan penikmat karikatur dunia, sudah dipamerkan di mana saja?
Karya saya pernah dipamerkan di Rumania, Spanyol, dan Brazil. Dalam waktu dekat ini, Maret hingga Juni 2017 akan ada eksibisi dan karya saya dipamerkan di Malaysia, tapi saya nggak tahu apakah saya harus stay di sana.
Kalau di Indonesia sendiri, karya saya pernah diikutsertakan di beberapa pameran, seperti di Kota Yogyakarta, Bandung, Pekanbaru, Jakarta dan lainnya.
Apa yang Anda dapatkan dari eksibisi tersebut?
Karena karya-karyanya tidak dijual di tempat, otomatis bukan hasil penjualan yang kita dapat, tapi cukup ngefek untuk eksistensi saya sebagai karikaturis. Dari situ berdatangan klien dan kita juga dapat sertifikat dari penyelenggara, selain katalog selalu ada di tiap pameran. Selanjutnya datang order.
Siapa saja tokoh dan pesohor yang pernah Anda gambar?
Almarhum Gus Dur, Jokowi, Jusuf Kalla, Setia Novanto, Fahri Hamzah, Susi Pudjiastuti, Sri Mulayani, Gatot Nurmatyo. Kalau dari jurnalis, Rosihan Anwar, Gunawan Mohamad, Pramoedya Ananta toer. Musisi mah, Dewa Budjana, Andi Riff, Rano Karno, terus siapa lagi ya? Wali Kota Sukabumi juga pernah.
Punya idola sesama pelukis?
Lokal paling sesama teman pelukis saja, kagum dengan karakter dan teknis menggambar, tapi kalau disuruh menunjuk yang ada di mancanegara, saya suka Sebastian Kruger, pelukis Jerman. Dia spesialis lukisan raksasa yang jadi acuan para pelukis seluruh dunia.
Berapa lama Anda mengerjakan sebuah karikatur?
Relatif, bisa satu sampai enam jam, bisa seharian, bisa berhari-hari (tertawa), rata-rata tiga hingga empat jam saja. Dan saya bukan photo editing, saya ini digital photo painting, meskipun menggunakan photoshop, hanya beda media, beralih dari kuas dan kanvas ke digital.
Saya menggambar bukan mengedit.