SUKABUMIUPDATE.COM - Kiwari, promosi potensi pariwisata suatu daerah, tidak harus menunggu dilakukan pihak pengelola, atau pemerintah. Sebuah gerakan mandiri dengan dukungan kemajuan teknologi, bisa dilakukan oleh siapa saja, dan di mana saja.
Adalah Asep Hidayat Mustopa (30), pria warga Kampung Waluran, Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, yang pernah menjadi kaligrafer di Maktab Al Manar Al Zulfi, Saudi Arabia, dan di Noktah Art Jakarta, kini gencar mempromosikan destinasi wisata Sukabumi melalui media sosial (medsos) facebook, twitter, instagram, dan blog. Bahkan kini, anggota grup facebook Wisata Alam Sukabumi, tembus puluhan ribu anggota.
Kurang lebih enam tahun lamanya, ia berkecimpung di dunia branding kepariwisataan daerah. Lambat laun, usahanya pun membuahkan hasil, ia dipilih sebagai Koordinator Wilayah Kelompok Penggerak Pariwisata Pajampangan.
Mata Holang Institute, sebuah lembaga kajian di Sukabumi, didukung PT Aqua Golden Mississippi Mekarsari, Gapensi Kabupaten Sukabumi, dan PT Berkah Jaya Mandiri, memilih Asep Hidayat Mustopa, sebagai Sukabumi Heroes 2016, Kategori Pegiat Wisata Sukabumi, pada Malam Penganugerahan Pemuda Inspiratif 2016, di Hotel & Restoran Augusta, Cikukulu, Senin (19/12).
Berikut petikan obrolan Isti Murfia dari sukabumiupdate.com dengan Asep Hidayat Mustopa. Wawancara dilakukan pada Sabtu (10/12) lalu:
Apa motivasi awal Anda untuk melakukan promosi wisata mandiri?
Sebetulnya, awalnya hanya iseng wungkul. Pertengahan 2009, teman orang Cisolok ngajak menjelajah wilayah Selatan Sukabumi. Rutenya dari Banten, Palabuhanratu, sampai pernah ke Kota Sukabumi, lalu memutar lagi ke Selatan. Nah, dari situ, saya ketagihan kukurusukan buat mencari daerah anyar dengan potensi alamnya. Pokoknya setiap Sabtu dan Minggu, wajib meng-eksplore Sukabumi.
Singkatnya, pada 2010, karena merasa memiliki banyak data foto dan informasi, akhirnya terpikirkan membaginya di medsos. Pada waktu itu facebook lagi hits. Nah saya membuat grup Wisata Alam Sukabumi, untuk memudahkan masyarakat mencari atau ikut partisipasi.
Selama menjelajah, murni biaya sendiri?
Ya, karena waktu itu saya masih lajang. Pulang dari Arab Saudi, lumayan masih ada sedikit rezeki. Nah, itu yang diapakai buat modal transport ditemani motor matic buat ngabolang.
Pengalaman berkesan yang pernah dialami?
Saya pulang kerja sekitar jam tiga. Waktu eksplore Curug Genyang, saya mencari dengan jalan kaki sejauh satu kilometer, sampai curug itu jam setengah enam sore. Sampai di sana gelap, tapi alhamdulillah dapat pemandangannya. Tapi sayangnya saat itu lagi musim kemarau, jadi debit airnya kecil.
Waktu pulang, saya hanya ditemani senter doang, mana di hutan lagi, serasa ada ... (tertawa). Setelah keluar hutan, plong rasanya. Tetapi baju basah oleh keringat capek sama keringat ... (tertawa lagi).
Kenapa curug yang menjadi target eksplore?
keindahannya mampu menghipnotis, jadi ketika menemukan curug, ada perasaan puas yang tidak bisa diungkapkan. Ada sensasi, lega, dan fresh.
Alasan lainnya, karena di daerah Jampang banyak curug-curug yang belum terjamah.
Betul sudah menemukan 100 curug di Sukabumi?
Hahaha, bukan 100. Kalau 100 mah gabungan informasi dari yang lain juga. Kalau yang hasil temuan sendiri mah, baru sekitar 50-an.
Apa manfaat yang didapat dengan aktif promosi wisata ini?
Manfaatnya beragam, saya semakin cinta tanah kelahiran. Sukabumi itu dikepung dengan anugerah. Subhanallah, meminjam istilah teman, Sukabumi itu diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum. Bahkan Wakil Gubernur Jawa Barat, pak Deddy Mizwar bilang, kalau Sukabumi itu tercipta dari emperan surga, saking indahnya.
Kalau buat pribadi, dengan meng-eksplore Sukabumi, kegiatan positif, penyaluran emosi hilangkan stres. Dulu saya nggak begini, tapi sekarang mah lintuh (menunjukkan tubuhnya).
Saat ini, mendapat materi bukan tujuan, dengan meng-eksplore saja, ada kepuasan tersendiri. Makanya, syukur saya bisa tergabung di Kelompok Penggerak Pariwisata. Alhamdulillah saya berterima kasih kepada pembina Kompepar, Pak Haji Dadang Hendar (pemilik Hotel & Restoran Augusta-red), yang selalu memotivasi, berbagi ilmu, dan memberi penguatan untuk terus memajukan pariwisata Sukabumi.
Manfaat lain dirasakan masyarakat sekitar, perekonomian masyarakat perlahan meningkat. Yang berjualan omsetnya naik, kalau awalnya Rp200 ribu per hari, sekarang mah, setelah dibuka daerah pariwisata, bisa tembus Rp1 juta.
Apa target pribadi selanjutnya?
Sebagian masyarakat mulai menunjukkan sadar wisata, misalnya aktif membangun kawasan untuk menunjang kemajuan wisata daerahnya. Seperti daerah Curug Kaca di Kampung Ciledeg atau Cisuru, Desa Mekarjaya, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi. Mereka membangun gapura, membuat track, gak harus menunggu bantuan pemerintah. Meski dalam prakteknya, pembuatan gapura tersebut juga dibantu Kompepar, tapi setidaknya masyarakat memiliki inisiatif untuk bergerak.
Intinya, mengembangkan pariwisata itu multiefek dibanding pertambangan. Selain memajukan potensi wisata, memajukan ekonomi masyarakat, dan memberdayakan masyarakat lokal. Masyarakat juga menjadi lebih humanis dan lebih menghargai anugerah Tuhan lewat potensi alam yang dimiliki, sesuai yang didengungikan selama ini “Apik resik berseka, someah hade ka semah†pasti tercapai.
Apa saran dan harapan buat kemajuan pariwisata di Sukabumi?
Saya inginnya seluruh elemen masyarakat, meliputi pemerintah, masyarakat pengelola, dan wisatawan, sama-sama "sadar wisata". Bentuk nyata menuju menuju ke sana, dapat dimulai dengan memasukkan Literacy Wisata ke dalam kurikulum sekolah.
Satu hal lagi, saya ingin justru yang aktif meng-eksplore daerah itu, mulai dari para pemudanya sendiri, dari pada main gak jelas. Pasti banyak teman-teman lain sepemikiran dengan saya, mungkin masih terbatas waktu dan modal.
Saya yakin, masih banyak pemuda Sukabumi yang masih memiliki rasa "kepariwisataan".