SUKABUMIUPDATE.COM - Dalam satu minggu terakhir, sosok Agung Sudrajat cukup fenomenal di Sukabumi. Celotehnya di grup Sukabumi Facebook dinilai menistakan AlQuran Surat Annisa ayat 3. Ayah dari dua anak warga Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi ini, tidak menyangka isu tersebut menjadi viral dan menasional.
Persoalan berawal ketika Agung, membuat cuitan: "Dibohongi pake surat annisa ayat 3, janda kaya bahenol dikawin." Tak pelak komentar tersebut menuai hujatan dan menggugah amarah dari ratusan netizen, dan bahkan menjadi viral.
Senin (21/11) malam, pukul 21.00 WIB, Fery Heryadi dari sukabumiupdate.com bertemu Agung Sudrajat di Yava Cafe, Kompleks Perumahan Setia Budi Permai, Desa Bangbayang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Wawancara dilanjut hingga Selasa (22/11) sore, via aplikasi Whatsapp.
Berikut petikan:
1. Bagaimana kabar hari ini?
Kabar baik. Tapi badan drop banget, apalagi dari kemarin (Minggu, 20/11), hampir sehari semalam di Polres (Kepolisian Resor Sukabumi-red) di Palabuhanratu.
2. Apa saja yang dilakukan di Polres? Benar, dikenakan wajib lapor?
Iya saya wajib lapor. Ya kemarin pemeriksaan aja. Intinya sih saya dimintai penjelasan mengenai kronologi dan cuitan saya yang menimbulkan kehebohan, karena dinilai menistakan AlQuran.
Waktu di Polres itu, teman yang ngantar saya ngasih tahu, ada akun baru dengan nama Roh Kudus, dia menggunakan foto profil milik saya. Ya bahasanya gitulah, provoksi gitu, seolah itu saya yang melakukan. Langsung saya liatin ke penyidik. Langsung diselidiki waktu itu juga.
3. Anda di panggil, atau atas inisiatif sendiri mendatangi penyidik di Polres?
Inisiatif sih, tapi saran dari polisi yang bertugas di Polsek (Kepolisian Sektor) Kalapanunggal. Tapi saya berterimakasih, saya kira polisi sudah melakukan sebagaimana mestinya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jujur saya sendiri tidak menyangka akan seheboh ini. Bahkan sampai ada ancaman fisik ke saya dan keluarga segala.
Keluarga dan teman-teman saya yang di luar kota semuanya telepon, menanyakan apa yang terjadi dan perkembangannya. Bahkan keluarga istri di Kalapanunggal sampai menangis semua, karena denger saya dipanggil polisi. Istri saya sampai drop, masih sakit sampai sekarang. Mungkin kaget, membaca hujatan dan ancaman ke saya dan istri.
4. Bagaimana kesimpulan polisi? Ada kemungkinan diproses hukum?
Saya harap tidak, karena saya juga tidak diam saja. Ketika mulai ramai, saya langsung menyampaikan permohonan maaf kepada semua yang merasa tersinggung atas cuitan saya tersebut. Tapi sementara masih dipelajari, dan pihak kepolisian akan berkoordinasi dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Sukabumi-red).
5. Sukabumi ini kan masyarakatnya lebih homogen, berbeda dengan Jakarta atau kota besar lainnya, kenapa Anda sampai membuat cuitan seperti itu? Tidak tahu risikonya akan seperti sekarang, atau memang sengaja?
Kalau sengaja melecehkan ayat AlQuran, pasti tidak. Saya juga kan Muslim. Tapi saya tidak tahu akibatnya akan seperti ini, karena saya memang baru gabung di grup Sukabumi Facebook. Saya juga kaget dengan bahasa dalam komentar-komentar yang lain. Jujur saya baru melihat komentar-komentar seperti itu. Saya tidak mendapatkan komentar seperti itu di grup lain.
Persoalannya dimulai dari perdebatan soal pilihan politik dan dukungan calon gubernur DKI Jakarta. Awalnya, saya merasa dilecehkan netizen lain, karena disinggung sebagai tidak mengenal Firman Allah SWT. Setelah perdebatan mulai sengit dan mulai banyak yang berkomentar dengan bahasa kasar dan bernada ancaman, saya tinggal sholat Jumat dulu. Nah, beres sholat Jumat itu, saya tidak buka facebook lagi.
Tapi sebelum saya tinggal sholat Jumat itu, saya sudah menyampaikan permohonan maaf saat itu juga ke suluruh netizen, yang ditujukan kepada semua umat Muslim. Bahkan khusus ke akun facebook yang berseteru dengan saya, saya sampaikan permohonan maaf lewat inbox.
Saya juga Muslim, tapi soal dukungan politik itu kan sebenarnya soal biasa. Namun sebagai Muslim, saya juga tersinggung disebut tidak memahami Firman Allah SWT, calon gubernur itu kan soal pilihan politik saja. Awalnya saya pikir cuma bangga-banggain jagoan masing-masing, seperti fans Rossi dan Marquez gitu lah. Cuma lama-lama memang jadi tidak terkontrol semua.
Tapi jujur, saya menyesal dan menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Itu spontan saja, saya me-retweet dari komentar yang lain.
6. Anda mengira persoalan selesai setelah menyampaikan permohonan maaf? Apa yang terjadi setelah itu, sampai harus ke Polres?
Iya, awalnya saya pikir tidak heboh, karena selesai sholat Jumat itu, saya tidak buka facebook lagi, langsung aja kerja lagi seperti biasa.
Nah, sekitar jam 15.00 WIB, teman dari Cianjur telepon, ngasih tahu bahwa komentar saya itu jadi viral dan meluas ke mana-mana. Saya kaget, dan segera ngecek di facebook. Saya istighfar membaca komentar-komentar lainnya. Setelah itu, saya putuskan untuk menonaktifkan akun facebook saya. Nah hari Minggu-nya itu, saya langsung ke Polres.
7. Apa saja upaya yang dilakukan agar masalah ini tidak semakin meluas?
Pertama, pada hari itu juga saya sudah minta maaf ke semua netizen yang membaca komentar saya tersebut. Kedua, saya sudah menonaktifkan akun facebook saya, agar permasalahannya tidak melebar ke mana-mana. Ketiga, saya sudah proaktif memberikan keterangan kepada polisi. Keempat, saya juga sudah menemui Ustadz Hudri di kampung tempat saya tinggal. Juga menemui Buya Basyith --KH Rd. Abdul Basyith adalah Pengasuh Pondok Pesantren Al Amin, Cicurug, dan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Sukabumi--, silaturahmi ke Pondok Pesantren Annidzomiyah, dan ke ormas FPI (organisasi kemasyarakatan Front Pembela Islam) Cicurug, Kepala Desa Mekarsari, dan lainnya.
Rabu (hari ini, 23 November 2016), saya juga berencana menemui Ketua MUI --KH Oman Komarudin--. Intinya, ke semua saya meminta maaf karena sudah memalukan nama daerah Cicurug dan Kabupaten Sukabumi, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan serupa. Saya bertobat.
8. Pelajaran apa yang Anda petik dari peristiwa ini?
Apa yang saya yakini benar, belum tentu dinilai benar oleh orang lain. Bahkan akibatnya juga benar-benar di luar dugaan saya. Bukan hanya saya, bahkan istri juga sekarang sakit, secara mental tidak siap menerima hujatan dan ancaman yang mengarah ke saya. Anak juga mau saya pindahkan sekolahnya, kasihan masih anak-anak, pasti juga tidak nyaman dengan kondisi saya sekarang. Saya menyesal.
9. Bagaimana sikap para ulama dan tokoh masyarakat yang sudah ditemui?
Semuanya memaafkan, dan meminta saya untuk tidak mengulangi perbuatan serupa.
10. Lalu bagaimana sikap dan kebijakan perusahaan tempat Anda bekerja, terkait kasus ini?
Ini masalah pribadi saya, perusahaan --PT Tirta Investama-red-- tidak terlibat kesalahan apa pun. Ini murni kesalahan saya, dan saya yang harus menanggung akibatnya.