SUKABUMIUPDATE.COM - Uu Ruzhanul Ulum, atau akrab disapa kang Uu adalah Bupati Tasikmalaya yang tergolong muda, usianya baru menginjak 47 tahun.
Pria yang bercita-cita mengurus Jawa Barat ini menjelaskan, dengan pertimbangan sebagian besar wilayah Tasikmalaya terdiri dari pedesaan, maka untuk mewujudkan ketahanan pangan daerah di Tasikmalaya ia membuat program Desa Mandiri pangan, Desa Organik, dan Desa Kreatif.
Atas usahanya tersebut Kang Uu menerima penghargaan Adikarya Pangan Nusantara kategori Pembina Ketahanan Pangan Tingkat Kota dan Kabupaten, penghargaan, Gubernur Jawa Barat.
Mengenakan setelan batik berwarna biru nuansa putih, Kang Uu berkunjung ke redaksi, Rabu (19/10) siang, usai menghadiri acara Puncak Peringatan Hari Pangan se-Dunia tingkat Jawa Barat yang dilaksanakan di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Berikut petikan wawancara sukabumiupdate.com dengan Uu Ruzhanul Ulum:
Kabupaten Tasikmalaya meluncurkan Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) di 23 Desa, kapan program tersebut diluncurkan? Dan apa tujuanya?
Jadi, di Kabupaten Tasikmalaya ada gerakan membangun desa yang memiliki beberapa turunan. Misalnya Desa Mandiri Pangan diluncurkan pada 2011, tujuannya seperti yang saya janjikan ketika saya dilantik menjadi bupati di hadapan Gubernur Jawa Barat. Pada saat itu saya berjanji bahwa saya ingin mensejahterakan masyarakat, dengan melakukan beberapa tahapan pembangunan dimulai dari desa. Alhamdulillah sekarang peringkat Kabupaten Tasikmalaya naik dari ranking ke-13 menjadi rangking ke-7 di Jawa. Secara nasional dulu ranking ke-120 sekarang ranking ke-70 dari 543 kota dan kabupaten.
Apa kendalanya?
Kendalanya masyarakat selalu meminta bantuan dana kepada pemerintah secara keseluruhan, padahal Gerbang Desa atau Gerakan Membangun Desa tujuannya membangun sumber daya manusia dan mengelola sumber daya alam di desa dengan cara gotong royong dan swadaya masyarakat. Pemerintah hanya memberikan stimulan saja, agar ada daya dorong untuk membangun desa dengan cara swadaya. Tetapi pola pikir masyarakat seolah-olah semuanya (harus) dibiayai oleh pemerintah.
Bentuknya ada yang lebih kepada kewirausahaan atau bentuk fisik misalnya Warung Desa, diusahakan desa itu memiliki warung dengan tujuan agar desa mampu membiayai dirinya. Contohnya desa mampu membayar guru sekolah diniyah, dan bisa meningkatkan honor pengurus pengurus RT dan RW sebesar Rp45 ribu per bulan.
Misalnya di Desa Mekar Laksana, Kecamatan Cikatomas, sudah mampu membayar guru sekolah diniyah dan membayar honor pengurus RT dan RW. Walaupun program ini sudah ada sebelum saya menjadi bupati. Namun program semacam ini akan terus kami kembangkan menjadi program kabupaten.
Apa yang bisa dirasakan dari program tersebut bagi masyarakat Tasikmalaya?
Hasilnya, daya beli masyarakat meningkat. Lalu saya juga membatasi pendirian mini market di daerah-daerah untuk melindungi pedagang tradisional dengan membangun ratusan pasar desa.
Salah satu faktor penting dalam menjaga ketahan pangan adalah ketersiadaan air yang cukup, bagaimana upaya Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya?
Gerbang Desa itu kan ada lima. Satu, jalan desa dan alhamdulillah pembangunan jalan desa di Tasikmalaya melebihi target provinsi yang hanya 40%, kami sudah 78%. Kedua, irigasi dan air bersih pedesaan yang jadi skala prioritas, karena Tasikmalaya adalah daerah pertanian, dulu banyak sumber air kering karena tidak dimanfaatkan, irigasi dan jaringan airnya rusak, sekarang kami bangun kembali, sehingga kami mampu meningkatkan produksi gabah kering diatas 5%. Makanya kami mendapatkan penghargaan berturut-turut dari Menteri Pertanian sebagai kabupaten yang mampu meningkatkan gabah 828 ribu ton per tahun. Kami juga mampu mengekspor beras organic sebanyak 200 ton ke enam negara Eropa.
Ketiga, listrik masuk desa, ada beberapa desa yang belum dialiri listrik. Keempat, telekomunikasi dan informasi masuk desa. Sedangkan kelima, meningkatkan pendapatan masyarakat desa.
Bagaimana dengan sumber daya manusia, karena masyarakat Tasikmalaya menjadi kalangan urban di daerah lain dan cenderung malas menjadi petani?
Kami mengakui rumah tangga yang berprofesi sebagai petani kian menurun dari tahun ke tahun, makanya kami berupaya mengembalikan kesadaran generasi muda untuk bertani dengan membuka Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian (SMK Pertanian) sejak tahun 2011.
Dulu SMK Pertanian dicibir, teu payu karena biasanya SMK itu pilihannya otomotif, elektro, computer, dan lain-lain. Sekarang SMK Pertanian menjadi sekolah pilihan bagi generasi muda yang ingin mendalami ilmu pertanian. Jumlah SMK Negeri yang kita buka ada lima di seluruh Kabupaten, bahkan yang ada di wilayah Gobras Kota Tasikmalaya, kami gratiskan biaya pendidikannya.
Bicara sektor pertanian tidak melulu padi, banyak komoditas yang bisa dikembangkan bagaimana dengan Tasikmalaya, komoditas pertanian apa menjadi unggulan?
Selain Durian di Salopa dan Jatiwaras, komoditas kami yang paling aktual, ter-update dan terpopuler adalah manggis dari daerah Puspahyang, dan sudah diekspor ke Tiongkok. Ini potensi luar biasa yang bisa kami kembangkan, hanya saja kami masih terkendala tata cara penjualan, tidak bisa langsung ekspor ke negara tujuan, karena harus melalui broker. Kini kami sedang mengupayakan ke Dinas Pertanian agar bisa memutus mata rantai broker agar hasilnya lebih bernilai. Kalau buah salak di Manonjaya sekarang sudah menurun.
Sementara untuk tindakan pascapanen bagi komoditas pertanian yang penting seperti padi, kami memiliki resi gudang penyimpanan untuk menekan harga gabah agar tetap stabil. Silakan para pemilik gabah menyimpan di resi gudang milik pemerintah. Petani menyimpan padi, kemudian diberi resi tanda penerimaan.
Jika selama ini kita mengenal tradisi adanya lumbung padi atau leuit di beberapa desa tradisional seperti Kampung Suku Naga, sekarang tradisi lumbung padi di desa-desa lain juga digalakan dan dibiayai pemerintah.
Seiring dengan pesatnya sektor industri, banyak lahan pertanian beralih fungsi menjadi pabrik atau perumahan, bagaimana sikap Pemkab Tasikmalaya?Â
Kami tidak tertarik dengan industri, pertanian adalah fokus kami. Kami tidak tertarik dengan pengembangan manufaktur, sehingga kami dikritik mengapa tidak melakukan seperti di daerah-daerah lain. Saya bilang, teknologi boleh berkembang dan maju tapi jika perut masyarakat kosong kan bahaya.
Masyarakat itu dalam tiga hal tidak boleh kosong, yaitu kosong dompet, kosong perut, dan kosong iman. Soal kosong iman itu urusan para ulama, sedangkan kosong dompet dan kosong perut adalah urusan kami, urusan pemerintah. Jadi pertanian tetap menjadi skala prioritas, mengapa? Indonesia memiliki curah hujan yang banyak termasuk di Jawa Barat.
Alih fungsi sawah untuk pembangunan juga banyak seperti pembangunan kota Singaparna, tetapi kami sudah mencetak sawah baru sekitar 150 hektare di wilayah Selatan Tasikmalaya, menggantikan sawah-sawah yang beralih fungsi akibat pembangunan yang dilakukan oleh Pemkab yang luasnya mencapai 93 hektare.
Saat ini kami berencana mencetak 60 ribu hektar sawah baru jika bendungan CIjalu, Kecamatan Padawaras bisa ditinggikan. Kami juga membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang Sawah Abadi. Di mana Perda tersebut mengatur tentang sawah, sawah-sawah yang ditentukan menjadi sawah abadi, tidak boleh dialihfungsikan untuk apapun, baik untuk perumahan atau lainnya.
Memang masyarakat banyak yang marah dan bilang, “tanah punya saya, urusan naon dengan pemerintah?†Betul, tapi lihat nanti 30 atau 40 tahun ke depan, jika dibiarkan akan berbahaya. kami pun sedikit anti pembangunan perumahan yang cenderung eksklusif, tidak mau berbaur dengan masyarakat dengan cara memisahkan diri dengan benteng tembok.